BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Era globalisasi saat ini persaingan usaha sangatlah ketat dan banyak
perusahaan yang bangkrut atau dalam keadaan pailit. Keadaan pailit adalah
menggambarkan perusahaan yang tidak mampu membayar hutang pada saat jatuh tempo
(Sundjana dan Barlian, 2003: 191). Satu indikator untuk menilai daya saing
sebuah perusahaan adalah besar laba ekonomi yang diperoleh perusahaan tersebut.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan mempunyai daya saing yang kuat jika
perusahaan itu mampu memperoleh laba ekonomi di atas rata-rata perolehan laba
ekonomi para pesaingnya dan di dalam industri atau pasar yang sama. Nilai
ekonomi diciptakan oleh perusahaan dari serangkaian aktivitas yang dimulai dari
hulu sampai hilir. Sebuah perusahaan dapat menciptakan nilai ekonomi yang lebih
tinggi dari pesaing jika perusahaan tersebut dapat melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut dengan lebih baik dibandingkan dengan para
pesaingnya. Agar dapat melakukan ini, sebuah perusahaan haruslah memiliki
sumberdaya dan kapabilitas yang unggul yang tidak dapat ditiru oleh
pesaing. Terutama dalam menghadapi
persaingan bisnis industri tekstil dengan perkembangan mode yang terus berjalan
menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, supaya dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Untuk itu pihak manajemen harus pandai
mengatur dan bijak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah
keuangan. Pihak manajemen harus mampu mengambil keputusan tentang penetapan
sumberdana dan keputusan investasi serta pengalokasian dana. - Contoh Skripsi manajemen keuangan
Dengan ketatnya persaingan dalam industri menuntut perusahaan
untuk memiliki keunggulan dalam melakukan usahanya. Untuk itu, keunggulan yang
dapat diukur adalah kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis
laporan keuangan yang dapat memberikan informasi mengenai keadaan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari
proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan
atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data–data aktivitas tersebut. Laporan keuangan perusahaan tersebut bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.
Adapun laporan keuangan sangat berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain, investor, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah,
masyarakat dan manajemen perusahaan. Investor sebagai penanam modal
berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari
investasi yang mereka lakukan. Informasi keuangan digunakan untuk menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu
seorang investor memperhatikan tentang return yang diharapkan karena
tujuan investasi adalah untuk memperoleh deviden (return). Karyawan
berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu untuk mengetahui mengenai
informasi stabilitas, profitabilitas perusahaan dan informasi keuangan yang
digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dan bunga
pada saat jatuh tempo. Pelanggan untuk mengetahui informasi tentang
kelangsungan aktivitas perusahaan. Pemerintah memerlukan informasi tentang
laporan keuangan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional. Sedangkan
manajemen perusahaan untuk memantau keadaan perusahaan (Sundjaja, 2003: 76-77).
Dengan diketahuinya kondisi keuangan
perusahaan, keputusan yang rasional dapat dibuat dengan bantuan alat-alat
analisis tertentu. Analisis keuangan dapat dilakukan oleh pihak eksternal
perusahaan seperti kreditor, para investor, maupun pihak internal perusahaan
sendiri. Untuk itu dapat digunakan analisis keadaan keuangan perusahaan dengan
menggunakan rasio. Dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari
operasi perusahaan. Data pokok sebagai input dalam analisis ratio ini adalah
laporan rugi laba dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat
ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk
menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.
Analisis laporan keuangan merupakan
analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan
laporan laba rugi. Neraca merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan
(harta), kewajiban (hutang) dan modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu.
Sedangkan laporan laba rugi merupakan laporan yang menggambarkan jumlah
penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode
tertentu.
Diantara 9
perusahaan tekstil yang tercatat di bursa efek yaitu PT Apac Citra Centertex
Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Tbk, PT
Indo-Rama Synthetics Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Tbk, PT
Texmaco Jaya Tbk dan PT Unitex Tbk. Dari perusahaan tersebut, PT. Texmaco Jaya yang
menghadapi masalah keuangan yang cukup sulit dan mengalami ancaman kebangkrutan.
Ini terjadi karena adanya krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997. Sebelum
terjadi krisis ekonomi, industri tekstil
umumnya terjadi perkembangan, karena adanya penerapan kebijakan subsitusi
impor (SI) sebagai strategi industrialisasinya.
Sejak diterapkan kebijakan subsitusi impor (SI) sebagai
strategi industrialisasinya, maka ada banyak perubahan drastis diperkenalkan
oleh pemerintah menyangkut kebijakan-kebijakan perdagangan dan investasi. Dan
ini sangat terasa pada industri-industri yang berkenaan dengan kebutuhan dasar
masyarakat seperti makanan, minuman dan tekstil. Industri tekstil misalnya,
diberikan banyak sekali insentif untuk berkembang, seperti adanya bebas bea
masuk untuk impor barang modal dan mesin peralatan serta disertai pula berbagai
keringanan dan pembebasan pajak. Selain itu ekonomi Indonesia memang tumbuh
pesat yang memungkinkan masyarakat memiliki pendapatan yang memadai. Semua hal
ini punya peran penting dalam mendorong maraknya bisnis tekstil di Indonesia.
Dapat dilihat pada tabel tentang perkembangan kebijakan industri nasional
Indonesia.
Periode
iode
|
rehabilitasi dan stabilisasi (1967-1972)
|
Periode boom minyak (1973-1981)
|
Periode penurunan harga minyak (1982-1986)
|
Periode penurunan harga minyak (1986-1996)
|
Periode krisi dan pemulihan (1997-2004)
|
Pemuihan dan pengembangan
(2005-2009)
|
Jenis kebijakan
s
kebi
jakan
|
Mengembangan industri subtitusi impor
|
· Pengambangan industri subtitusi impor
dengan pendalaman dan pe mantapan struktur industri,
· Pengambangan indutri mellaui penguasaan
teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin, perkapalan)
|
· pengambangan industri subtitusi impor
dengan pendalaman dan pe mantapan struktur industri,
· Pengambangan indutri mellaui penguasaan
teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin , perkapalan)
· Pengembangan
|
· Revitalisasi, konsolidasi, dan
restrukturisasi industri
|
· Revitalisasi, konsolidasi, dan
restrukturisasi industri
· Pengembangan industri berkeunggulan
kompetitif dengan perkembangan klaster dan kompetensi inti daerah
|
PT Texmaco Jaya dahulu merupakan pabrik pemintalan tradisional,
yang bernama Firma Djaya Perkasa di Pekalongan, Jawa Tengah pada tahun 1961.
Pabrik ini dilengkapi sekitar 300 peralatan tenun tangan tradisional yang dibeli
dari pengrajin dan tukang-tukang kayu di sekitar Pekalongan. Sebagai kota yang
akrab dengan aktivitas pemintalan, mesin-mesin pemintalan kayu tradisional
bukanlah sesuatu yang baru di Pekalongan.
Karena aktivitas bisnisnya yang semakin
berkembang dan permintaan pasar domestik terhadap tekstil demikian besar. Pada
tahun 1967 PT. Texmaco Jaya kemudian memperluas aktivitas bisnisnya dengan
membuka sebuah pabrik pemintalan baru di Pemalang. Pabrik ini juga dilengkapi
dengan peralatan tenun tradisional untuk operasionalnya.
Selain karena kepiawaian pemilik dari PT. Texmaco Jaya dalam menangkap sinyal perkembangan bisnis tekstil yang demikian menjanjikan, ekspansi bisnis ke Pemalang ini juga dimungkinkan karena lingkungan bisnis yang diciptakan oleh pemerintah Indonesia saat itu untuk industri tekstil benar-benar kondusif.
Selain karena kepiawaian pemilik dari PT. Texmaco Jaya dalam menangkap sinyal perkembangan bisnis tekstil yang demikian menjanjikan, ekspansi bisnis ke Pemalang ini juga dimungkinkan karena lingkungan bisnis yang diciptakan oleh pemerintah Indonesia saat itu untuk industri tekstil benar-benar kondusif.
Karena prospek bisnis yang demikian
menggairahkan, berbagai penyesuaian dilakukan oleh PT. Texmaco Jaya. Pada bulan
November 1970 misalnya, nama perusahaan dirubah dari Firma Djaya Perkasa
menjadi TEXMACO JAYA (TJ). Texmaco adalah nama yang merupakan kependekan dari
Textile Manufacturing Company. Sebuah nama yang mengandung nuansa internasional
yang kental.
Sebagai respon terhadap demikian pesatnya
permintaan akan produk tekstil di pasar domestik dan juga terdorong oleh
berbagai insentif yang diberikan pemerintah, TJ pada tahun 1970 mengimpor mesin
pemintal bekas dari Korea (Wang Pong) dan India (Sun Rise and Cooper) untuk
pabrik di Pemalang dan Pekalongan. Disamping karena harganya yang relatif
terjangkau, keputusan untuk mengimpor mesin pemintal bekas ini juga dipengaruhi
oleh adanya kebijakan pemerintah di kurun 1971-1974, yang mendorong dan
mengijinkan pengusaha-pengusaha di industri tekstil untuk mengimpor mesin-mesin
tekstil bekas yang usianya dibawah 10 tahun.
Dari penjelasan tersebut, begitu
pentingnya tentang analisis laporan keuangan bagi pihak intern maupun pihak
ekstern perusahaan, maka peneliti mengambil judul tentang “Analisis Laporan
Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Texmaco Jaya Tbk.”
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana
menilai kinerja keuangan perusahaan pada PT Texmaco Jaya Tbk pada periode
2002-2006 dengan menggunakan analisis rasio keuanganSelengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL :ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. TEXMACO JAYA TBK, Dari mulai BAB I hingga BAB 5 Penutup Termasuk daftar pustaka silahkan langsung cek di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar