CONTOH SKRIPSI PERHOTELAN -SIRKULASI KERJA HOUSEKEEPING DI KARTIKA HOTEL PONTIANAK



CONTOH SKRIPSI PERHOTELAN -SIRKULASI KERJA HOUSEKEEPING DI KARTIKA HOTEL PONTIANAK  

BAB 1 PENDAHULUAN

Dunia kepariwisataan dewasa ini sedang mendapat perhatian dan sorotan yang sangat meningkat di berbagai negara maupun di berbagai dunia, hal ini terbukti dengan banyaknya dibangun biro-biro jasa, hotel-hotel/penginapan-penginapan, obyek-obyek wisata, sehingga banyak para pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas tersebut. Jadi tak heran lagi bila banyak negara-negara yang berusaha ingin mengembangkan dunia kepariwisataannya.

Dalam kegiatannya sebagai seorang karyawan, khususnya karyawan hotel hendaknya dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya agar para tamu yang berkunjung mendapat kepuasan tersendiri serta mempunyai kesan yang baik bila pulang ke negaranya. Hal ini tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang ada, antara lain misalnya :
Pelayanan penginapan/perhotelan, lokasi, alat-alat yang dipergunakan (sebab sektor perhotelan merupakan salah satu sarana pokok dalam pengelolaan Industri Pariwisata).
Hotel adalah merupakan suatu perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan serta menyajikan segala makanan dan minuman serta fasilitas lainnya yang dijual secara teru-menerus.

Karena hotel bergerak dibidang jasa, maka pengelolaannya harus berdasarkan suatu bentuk organisasi yang gunanya untuk mempermudah dalam mempertanggung jawabkan setiap kegiatan dari departemen yang ada di hotel tersebut. Disamping itu untuk menetapkan masing-masing tugas dari setiap departemen, agar terjalin kerjasama yang baik antara departemen yang satu dengan departemen lainnya, begitu pula dengan para karyawannya.
A. Latar Belakang Masalah (Contoh Skripsi perhotelan)
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, sebuah hotel berusaha untuk mewujudkan yang sebesar-besarnya keuntungan, untuk itu dituntut untuk mengutamakan kualitas pelayanan kepada para tamunya. Apabila kita memberikan pelayanan yang baik, maka para tamu jugalah yang akan menjadi alat promosi yang baik bagi hotel tersebut. Sehingga pihak hotel dapat meraih keuntungan dengan datangnya para pelanggan baru. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sebagai seorang karyawan hotel hendaknya dituntut untuk menjadi tenaga yang profesional.
Untuk memperoleh tenaga kerja yang profesional, pada saat ini banyak didirikan Akademi-akademi yang memiliki jurusan Perhotelan. Begitu pula banyak didirikan kursus-kursus profesi yang memiliki jurusan tersebut. Untuk menjadi tenaga kerja profesional tersebut, selain dari pelajaran di bangku kuliah,

diadakan juga On The Job Training di Hotel berbintang. Dengan demikian dapat mempraktekkan langsung ilmu yang didapat dari bangku kuliah.
Atas dasar uraian tersebut di atas, maka penulis akan membahas salah satu departemen yang ada di Kartika Hotel Pontianak, dengan mengambil judul : "SIRKULASI KERJA HOUSEKEEPING DI KARTIKA HOTEL PONTIANAK".
B. Tujuan Penelitian (Contoh Skripsi perhotelan)
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.       Dapat  mengetahui  bagaimana  sistem pelayanan  di
Kartika Hotel Pontianak.
2.       Sebagai  bekal  pengalaman yang  nyata  dalam dunia
Perhotelan  guna  menyesuaikan pada saat  terjun ke
lapangan nantinya.
3.       Dapat  membandingkan apakah sistem kerja  di  hotel
sesuai  dengan teori-teori yang penulis dapatkan di
bangku kuliah.
Disamping itu, Penulis juga berharap agar penulisan laporan ini nantinya dapat mengembangkan buah pikiran di bidang ketrampilan dalam melayani tamu di suatu hotel dan dapat bermanfaat bagi Industri Kepariwisataan.
C. Manfaat Penelitian (Contoh Skripsi perhotelan)
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan teori-teori yang didapat di bangku kuliah ke dalam prakteknya secara nyata.

2. Bagi Hotel
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalaro melaksanakan kegiatannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan hotel tersebut.
D. Metode Penelitian (Contoh Skripsi perhotelan)
Adapun  metode  pengumpulan data yang  penulis dapatkan terdiri dari beberapa metode antara lain:
a. Data Primer
1. Metode Observasi
Dalam metode ini penulis melaksanakan pengamatan langsung dengan cara melihat bagaimana tata cara kerja karyawan dan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti sambil mencatat guna meneliti data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Metode Interview
Dalam hal ini penulis mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak Room Boy/Room Maid mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3. Metode Dokumentasi
Dengan memahami dan mengerti tentang sejarah dan struktur organisasi suatu hotel atau perusahaan.
b. Data Sekunder
Data  ini  diambil dari perpustakaan dan buku-buku yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.

E. Hipotesa (Contoh Skripsi perhotelan)
Dengan pelaksanaan dan cara kerja karyawan di Housekeeping Department yang baik dan berkualitas maka akan meningkatkan mutu pelayanan di Kartika Hotel.
F. Metode Analisis (Contoh Skripsi perhotelan)
Dari hasil observasi dan interview yang kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif yang merupakan suatu gambaran secara umum terhadap hasil penelitian dalam penyajian laporan penelitian ini dilakukan dengan penjabaran dengan riset yang benar.

CONTOH SKRIPSI PERHOTELAN -SIRKULASI KERJA HOUSEKEEPING DI KARTIKA HOTEL PONTIANAK SELENGKAPNYA BERKUNJUNG DI SINI



CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB IPENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi (Akib, 2001:143). Menurut Soedjadi (Akib, 2001: 143) dewasa ini matematika sering dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta merupakan alat analisis. Dengan demikian matematika menempatkan diri sebagai sarana strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
Pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan, dan kepribadian anak. Karena itu Mendikbud Wardiman Djojonegoro dalam sambutannya pada konferensi Matematika Asia Tenggara IV, mengemukakan bahwa pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap pendidikan, peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari murid tentang pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan. Keluhan ini secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan.
Meskipun upaya untuk mengatasi hasil belajar matematika yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah. Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan guru-guru melalui penataran, serta melakukan berbagai penelitian terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih jauh dari yang diharapkan.
CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA SELENGKAPNYA SILAHKAN KUNJUNGI DI SINI

CONTOH SKRIPSI MATEMATIKA - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU


CONTOH SKRIPSI MATEMATIKA - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU

ABSTRAK

Mulyani. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika (2) Untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika (3) Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika (4) Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa semester 1 kelas XI IPA A SMA Negeri 6 kota Bengkulu. Jumlah sampel dalam penelitian ni sebanyak 40 orang siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif sehingga data dianalisa untuk mendeskripsikan hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa. Instrumen pengambilan data menggunakan dokumentasi dan angket, dan dianalisa menggunakan regresi dan korelasi linier sederhana, serta regresi dan korelasi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara : (1) tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa, (2) motivasi berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa.

CONTOH SKRIPSI MATEMATIKA - HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KEBIASAAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEMESTER 1 KELAS XI IPA A SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU SELENGKAPNYA DRAI BAB1 HINGGA PENUTUP SILAHAKN BERKUNJUNG DI SINI

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM - UPAYA GURU AGAMA DALAM MEMBINA MENTAL GENERASI MUDA DI MAN SOOKO MOJOKERTO

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM - UPAYA GURU AGAMA DALAM MEMBINA MENTAL GENERASI MUDA DI MAN SOOKO MOJOKERTO



Pada era globalisasi ini, lembaga pendidikan dihadapkan pada perkembangan zaman yang begitu pesat,
sehingga dampak dari perkembangan dan kemajuan zaman tersebut terdapat dampak positif dan negatif,
masalah dampak negatif yang menjadi kekhawatiran masyarakat antara lain terjadinya tindakan dan prilaku
menyimpang dari masyarakat, seperti halnya maraknya perjudian, perampokan, mengkonsumsi narkoba,
minum minuman keras dan lain sebagainya.
            Prilaku menyimpan tersebut diharapkan jangan sampai merasuki dan meracuni generasi muda
sebagai penerus bangsa dimana merekalah yang memegang estafet kepemimpinan masa depan bangsa, oleh
karena itu lembaga pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sooko Mojokerto berupaya semaksimal
mungkin untuk mendidik dan membina mental generasi muda sebagai penerus bangsa ini agar  nantinya
menjadi generasi yang handal yang mampu meraih cita-cita bangsa yang patut dibanggakan oleh semua
lapisan masyarkat, dengan pendidikan agama yang ajarkan oleh guru agama yang profesional diupayakan
dapat membentengi jiwa generasi muda agar tidak terseret oleh arus dan dampak negatif perubahan dan
kemajuan zaman ini.
            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: Bagaimana upaya guru agama dalam
membina mental generasi muda, faktor apa saja yang menjadi masalah dan bagaimana solusi pemecahan
masalah tersebut.
            Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif, dengan analisa deskriptif dari data yang dihasilkan melalui metode observasi, interview, angket
dan dokumen. Dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deduksi dan induksi.
            Kesimpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian adalah:1. upaya guru agama dalam membina
mental generasi muda (siswa) yakni dengan membentuk kegiatan : a. pembelajaran Al-qur’an, b. bidang fiqh.
2. Masalah-masalah yang dihadapi MAN Sooko Mojokerto dalam upaya guru agama dalam membina
mental generasi muda: a. masalah pendidik, b. masalah peserta didik, c. masalah materi, d. masalah metode,
e. masalah sarana dan prasarana.
3. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru agama MAN Sooko Mojokerto dalam upaya guru agama dalam
membina mental generasi muda: a. mengatasi masalah pndidik, 
b. mengatasi masalah peserta didik, c.mengatasi masalah materi, d. mengatasi metode, e. mengatasi sarana dan prasarana.
 Saran-saran dalam penelitian ini terdiri dari: 
1. orang tua sebaiknya membantu dalam memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam pelajaran agama dan kegiatan keagamaan,
 2. Hendaknya sekolah lebih
meningkatkan kedisiplinan peserta didik dalam kegiatan sekolah, 
3. Agar sekolah berupaya melengkapi dan
memperbanyak literature tentang pendidikan agama.

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM - UPAYA GURU AGAMA DALAM MEMBINA MENTAL GENERASI MUDA DI MAN SOOKO MOJOKERTO SELENGKAPNYA DARI BAB 1 HINGGA PENUTUP DAN DAFTAR PUSTAKA KUNJUNGI DI SINI


CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA SD INPRES BERTINGKAT MAMAJANG I MAKASSAR


CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - JUDUL : PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 
Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari pembangunan Nasional, perlu diwujudkan guna peningkatan dan kemajuan sektor pendidikan. Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapat sorotan dari masyarakat, peserta lulusan kependidikan, para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan dan penyempurnaan di bidang pendidikan. Sebagai langkah antisipasi, maka pendidikan banyak diarahkan pada penataan proses belajar, penggunaan dan pemilihan media belajar secara tepat. Kesemuanya dimaksudkan untuk pencapaian hasil belajar semaksimal mungkin.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (apektif).
Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya melalui proses belajar mengajar. Dimana guru berikan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar menagajar sangatlah penting.
Melihat sedemikian kompleksnya masalah proses belajar mengajar dan peran guru, maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam proses belajr mengajar perlu dikembangkan iklim kandusif yang dapat menumbuhkan sikap dan prilaku belajar secara wajar. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media, khususnya media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk hal tersebut.

B. Rumusan Masalah (CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR )
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah “Apakah ada pengaruh penggunaan media gambar terhadap prestasi belajar IPA-Biologi siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar.

C. Tujuan Penelitian (CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR )
Berdasar dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mengungkap apakah ada pengaruh penggunaan media gambar terhadap prestasi belajar IPA-Biologi siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar.

D. Manfaat Penelitian (CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR )
 Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan penulis setelah penelitian dilaksanakan.
1.    Sebagai bahan informasi tentang pengaruh penggunaan media gambar terhadap prestasi belajar IPA-Biologi siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar.
2.    Sebagai bahan masukan untuk guru; untuk dipertimbangkan dalam pemilihan media sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar. Oleh karena hasil penelitian ini merupakan bukti secara ilmiah.
3.    Hasil penelitian ini sedapat mungkin menjadi alasan rekomendasi untuk menggunakan media gambar dalam proses belajar mengajar.
E. Hipotesis (CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR )
Untuk pemberian arah yang jelas terhadap kesimpulan yang diperoleh, maka dirumuskan hipotesis yaitu “Ada pengaruh penggunaan media gambar prestasi belajar IPA-Biologi siswa SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar”.
CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BIOLOGI - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA-BIOLOGI  SISWA SD INPRES BERTINGKAT  MAMAJANG I MAKASSAR  SELENGKAPNYA SILAGKAN KUNJUNGI DI SINI

CONTOH SKRIPSI BAHASA INGGRIS - Student’s Learning Achievement with Traditional Assessment and Portfolio Assessment

CONTOH SKRIPSI BAHASA INGGRIS - Student’s Learning Achievement with Traditional Assessment and Portfolio Assessment

ABSTRAK

Traditionally, assessment is held at the conclusion of a unit of study. Certain grade is used to decide the understanding degree of the students to the subject. Traditional assessment includes multiple-choice questions and asking students to respond the questions with short answers.
Portfolio assessment is a purposeful collection of student work that tells the story of the student’s effort, progress, or achievement in given areas. Portfolio can be viewed as a systematic and organized collection of evidence used by the teacher and student to monitor the growth of student’s knowledge, skills, and attitudes in a specific content area. The indicators of portfolio assessment are daily test result, structured tasks, anecdotal record, and report of the student’s activity out of school.
The purposes of this research are to describe the student’s learning achievement with traditional assessment and portfolio assessment, and then find out the difference between the student’s learning achievement with traditional assessment and portfolio assessment.
The design of this research is ex post facto. The population is the 1st class of students of SMP 4 Jambi.  In selecting the sample is used clustered random sampling. The students of class 1A and 1B of SMP 4 Jambi are chosen as the sample. The data collection is done by observation and collecting the documentation. T-test is used to analysis the difference between the students’ learning achievement with traditional assessment and portfolio assessment (contoh Skripsi Bahasa Inggris)
Based on the analysis, the researcher finds that mean of the class with traditional assessment is 60.00 and mean of the class with portfolio assessment is 70.31. By using t-test at the level of significance (a) 0.05, is got tratio is bigger than ttable, that is tratio = 2.833  > ttable = 1.992, it shows that there is a significant difference between the students’ learning achievement with traditional assessment and portfolio assessment.
It can be concluded that the student learning achievement with portfolio assessment is better than the student learning achievement with traditional assessment at the level of believe 95%. But portfolio assessment is better implemented in small class because teacher will be easier in managing the class.

CONTOH SKRIPSI BAHASA INGGRIS - Student’s Learning Achievement with Traditional Assessment and Portfolio Assessment Selengkapnya terkait contoh skripsi bahasa inggris silahakn kunjungi ke sini


Searches related to contoh skripsi bahasa inggris
contoh skripsi bahasa inggris pendidikan
contoh skripsi bahasa inggris tentang reading comprehension
contoh skripsi bahasa inggris pdf
contoh skripsi bahasa inggris tentang speaking
judul skripsi bahasa inggris
download skripsi bahasa inggris
skripsi fkip bahasa inggris
kumpulan judul skripsi bahasa inggris

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN 

A.          Latar Belakang Masalah Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak informasi yang tersimpan di dalam buku. Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, siapa pun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang.
Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal.
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.
Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung.
Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja. Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan.
Membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan1.
Adapun kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu :
a.       Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills)
b.      Keterampilan berbicara (Speaking Skills)
c.       Keterampilan membaca (Reading Skills)
d.      Keterampilan Menulis (Writing Skills)2
Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang di katakan orang di sekitarnya. Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara. Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat.
Keterampilan berbahasa berkorelasi dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. sehingga ada sebuah ungkapan, “bahasa seseorang mencerminkan pikirannya”. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan  membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan  bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan “tiada hari tanpa membaca”.
Tentunya ini memerlukan ketekunan dan latihan yang berkesinambungan untuk melatih kebiasaan membaca agar kemampuan membaca, khususnya membaca pemahaman dapat dicapai. Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan3.
Keluhan tentang rendahnya kebiasaan membaca dan kemampuan membaca di tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA), tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada sekolah yang bersangkutan. Namun hal ini harus dikembalikan lagi pada pembiasaan membaca ketika siswa masih kecil. Peranan orang tualah yang lebih dominan dalam membentuk kebiasaan membaca anak. Bagaimana mungkin seorang anak memiliki kebiasaan membaca yang tinggi sedangkan orang tuanya tidak pernah memberikan contoh dan mengarahkan anaknya agar terbiasa membaca. Karena seorang anak akan lebih tertarik dan termotivasi melakukan sesuatu kalau disertai dengan pemberian contoh, bukan hanya sekedar teori atau memberi tahu saja. Ketika anak memasuki usia sekolah, barulah guru memiliki peran dalam mengembangkan minat baca yang kemudian dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa. Dengan demikian, orang tua dan guru sama-sama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kebiasaan membaca anak.
Kenyataan menunjukkan soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) sebagian besar menuntut pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca grafik, alur/plot, amanat, setting, dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Di sinilah peran penting membaca pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi dengan adanya standar nilai kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia khususnya untuk dapat mencapai target nilai tersebut.
Inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana kebiasaan membaca dan pemahaman siswa di Sekolah Menengah Tingkat Atas. Penulis akan menuangkannya dalam skripsi ini dengan judul “Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor”.

B.           Identifikasi Masalah Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia

Adapun masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimana kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor ?
b.      Hal apa saja yang dapat menghambat kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor ?
c.       Hal apa yang dapat menunjang kebiasaan membaca siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor ?
d.      Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor
e.       Adakah korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor ?

C.          Pembatasan Masalah Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia

Masalah dalam penelitian ini dibatasi menjadi :
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada
“Korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor”.

D.          Perumusan Masalah Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia

Setelah dilakukan pembatasan masalah, dalam penelitian ini masalah dirumuskan menjadi : Adakah korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI SMA Taman Islam Cibungbulang Bogor ?

E.           Kegunaan Penelitian Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia

Penelitian ini diharapkan berguna bagi siswa, guru bahasa indonesia, orang tua, dan penulis sendiri khususnya dalam membentuk dan meningkatkan kebiasaan membaca agar terbentuk budaya baca di masyarakat dengan harapan agar dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Pendidikan bahasa Indonesia silahkan kunjuni di sini



   1 DP Tampubolon. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung : Angkasa 1987) hlm. 5

   2 Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung : Angkasa 1979) hlm. 1
   3 DP. Tampubolon, Ibid, hlm. 7


Searches related to contoh skripsi bahasa indonesia
contoh skripsi bahasa indonesia dan sastra
contoh makalah bahasa indonesia
contoh makalah bahasa indonesia yang baik dan benar
proposal skripsi bahasa indonesia
skripsi bahasa indonesia lengkap
kumpulan makalah bahasa indonesia
contoh makalah yang benar
contoh kata pengantar

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN EKONOMI - Analisa Strategi Pengembangan Pada RSUD Kota Padang

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN EKONOMI - Analisa Strategi Pengembangan Pada RSUD Kota Padang

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi bahwa pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh RSUD Kota Padang, untuk meningkatkan pangsa pasar dalam industri kesehatan selayaknya memiliki strategi yang tepat dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal RSUD Kota Padang serta untuk mengetahui strategi bersaing RSUD Kota Padang ke depannya.
Jenis penelitian ini digolongkan kepada penelitian deskriptif, dengan menggunakan  metode analisa kualitatif (analisa SWOT), yaitu memandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal dalam bentuk matriks EFAS dan matriks IFAS, kemudian disatukan dalam penempatan posisi sembilan sel pada   I-E matriks. (contoh skripsi manajemen ekonomi)
Hasil dari pembahasan analisa data maka diperoleh skor tertimbang untuk analisa internal adalah 3,05 dan skor tertimbang untuk analisa eksternal adalah 2,85. Berdasarkan komposisi ini maka RSUD Kota Padang berada pada ruang IV pada I-E matriks yang merupakan posisi pada growth and build, pada posisi ini strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif atau integratif.

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN EKONOMI - Analisa Strategi Pengembangan Pada RSUD Kota Padang selengkapanya silanhkan kunjungi di sini

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN EKONOMI MANAJEMEN

CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN EKONOMI MANAJEMEN
BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
               Potensi usaha jasa konstruksi sangat berperan dalam kegiatan perekonomian, khususnya  dalam kegiatan pembangunan. Baik pembangunan  sarana umum, pembangunan gedung maupun pembangunan lainnya. Dengan adanya industri jasa konstruksi akan memberikan peluang yang besar bagi penyerapan tenaga kerja yang memiliki keahlian dibidang industri jasa konstruksi dan bangunan, dengan tersedianya lapangan pekerjaan maka akan menciptakan pendapatan bagi tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran.
               Secara prospektif keberadaan industri jasa konstruksi baik skala kecil, menengah, maupun skala besar mempunyai nilai strategik bagi Indonesia, mengingat proporsi perannya cukup besar dan menyangkut banyaknya tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan suatu proyek dan pembangunanan.
                     Dari pernyataan diatas jelas bahwa perusahaan jasa konstruksi memberi dampak positif terhadap perkembangan perekonomian, namun dalam kenyataannya pelaksanaan usaha perusahaan jasa konstruksi memiliki hambatan dan masalah yang dihadapi yang menjadi fenomena umum yang menjadi gambaran bahwa setiap sektor usaha tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi banyak kekurangan yang yang ada dalam menjalankan usahanya.
            Menurut Laporan pembinaan Konstruksi “BAPEKIN” dalam sosialisasi Undang-Undang No. 18/1999 dan Peraturan Pelaksanaan jasa konstruksi di Bandung terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada Potensi usaha atau Kondisi Jasa Konstruksi Di Indonesia secara umum adalah :
§  Belum terwujudnya mutu konstruksi, ketepatan waktu pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya sebagaimana direncanakan.
§  Rendahnya tingkat kepatuhan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
§  Belum terwujudnya kesejajaran kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam hak dan kewajiban secara adil dan serasi
§  Belum terwujudnya secara optimal kemitraan yang sinergis Antar badan usaha jasa konstruksi, dan Antar badan usaha jasa konstruksi dengan masyarakat
Sumber : Buletin BAPEKIN Edisi ke 6 tahun 2004
 CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN EKONOMI MANAJEMEN
            Dari fenomena diatas, terlihat adanya suatu masalah penting yang ada pada industri jasa konstruksi yang mengganggu tingkat kesehatan usaha sehingga secara otomatis akan mengganggu pada keberlangsungan usaha.  Salah satu akibatnya perusahaan akan mengalami penurunan produktivitas usahanya. Rendahnya produktivitas akan berpengaruh pada keberhasilan usaha sektor industri jasa pada umumnya, sektor usaha akan berjalan lambat, dan jika dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan industri jasa konstruksi akan bangkrut.
Jika hal tersebut dilihat secara nasional di Negara Indonesia, maka tidak akan jauh berbeda keadaannya dengan kondisi industri jasa konsrtuksi yang ada di Jawa Barat. Dimana jasa konsrtuksi memberikan kontribusi yang rendah pada laju pertumbuhan ekonomi regional Jawa Barat, yaitu kurang dari 2% bahkan tidak memberikan kontribusi / dampak positif terhadap industri lainnya hingga tahun 2003. Namun hanya pada tahun 2004 triwulan I mencapai 2.20% dan memberi dampak positif terhadap perkembangan pertumbuhan industri barang kayu dan hasil hutan lainnya. (Syahwier, C A. Pikiran Rakyat, 24 juni 2004 ) CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN EKONOMI MANAJEMEN SELENGKAPNYA SILAHKAN KUNJUNGI DI SINI

CONTOH SKRIPSI KEPERAWATAN


CONTOH SKRIPSI KEPERAWATAN 

ABSTRAK
Pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan sangat penting dalam pembentukan perilaku untuk melakukan tindakan resusitasi yang efektif. Pengetahuan ini mencakup konsep kegawatan pernafasan, konsep asuhan keperawatan pada neonatus yang mengalami kegawatan pernafasan, dan konsep dasar resusitasi dan konsep tindakan resusitasi yang meliputi tindakan pengelolaan jalan nafas (airway), pemberian nafas buatan (breathing) dan tidakan pemijatan dada (circulation). maka perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep resusitasi. 
            Populasi penelitian ini adalah perawat Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak RSUD Gunung Jati Cirebon yang berjumlah 35 orang, dan tehnik penarikan sampel yang digunakan adalah dengan tehnik total sampling . Jenis penelitian adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang mempunyai skala 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah dan dianalisa untuk mendapatkan kriteria baik, cukup dan kurang.
            Hasil penelitian ini menggambarkan pengetahuan perawat tentang kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada neonatus yag mengalami kegawatan pernafasan di Ruang NICU, Ruang Perinatologi dan Ruang Anak, dimana pengetahuan perawat yang dikategorikan baik adalah 40%, cukup 46% dan  kategori kurang adalah 14%.
            Berdasarkan penelitian ini disarankan bahwa pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan resusitasi untuk selalu ditingkatkan  baik formal maupun nonformal sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat  dilakukan dengan lebih efektif dan bagi pihak rumah sakit bertanggung jawab memberikan fasilitas dan sarana yang memadai bagi tenaga keperawatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan baik berupa pelatihan maupun pendidikan berjenjang dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Contoh Skripsi Keperawatan Selengkapnya silahkan kunjungi 

CONTOH SKRIPSI HUKUM TATA NEGARA - Yuridis Terhadap Pengawasan Hakim Yang Dilakukan Oleh Komisi Yudisial Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Uu No. 22 Tahun 2004

CONTOH SKRIPSI HUKUM TATA NEGARA - Yuridis Terhadap Pengawasan Hakim Yang Dilakukan Oleh Komisi Yudisial Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Uu No. 22 Tahun 2004


ABSTRAKSI
Dalam struktur kekuasaan kehakiman di Indonesia di bentuk sebuah Komisi Yudisial agar warga masyarakat diluar struktur resmi lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan kemungkinan pemberhentian hakim. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dalam rangka mewujudkan kebenaran dan keadilan berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana ketentuan yuridis wewenang pengawasan Hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam UU No.22 Tahun 2004? Bagaimana ketentuan yuridis wewenang pengawasan Hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam putusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUU-IV/2006?
            Dengan menggunakan  metode yuridis normatif  ini penulis melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang – undangan yang mana hasilnya adalah kepengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial itu bukan hanya dalam rangka menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim yang notabene nya bahwa hakim selalu “nakal”, akan tetapi jika dalam menjalankan kepengawasannya itu Komisi Yudisial mendapati ada hakim yang berprestasi maka Komisi Yudisial berhak untuk mengajukan usul kepada Mahkamah Agung atau Mahkamah Konstitusi untuk memberi penghargaan kepada hakim tersebut, begitu mulianya tugas dari Komisi Yudisial yang dengan keterbatasan wewenangnya mau memainkan peran yang selama ini diharapkan publik. Sedangkan Putusan MK yang telah mengamputasi kepengawasan Komisi Yudisial adalah sebuah keputusan yang melampaui batasan yang diminta atau ultra petita, putusan itu juga tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis. Hal itu bisa dilihat dari pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi itu sendiri yakni Jimly Asshiddiqie bahwa “keberadaan lembaga Komisi Yudisial ini dibentuk tersendiri di luar Mahkamah Agung, sehingga subjek yang diawasinya dapat diperluas ke semua hakim, termasuk hakim konstitusi dan hakim di seluruh Indonesia.
            Dari hal diatas maka diharapkan agar lembaga legislative segera melakukan perubahan terhadap UU No.22 Th 2004 tentang Komisi Yudisial khususnya pasal – pasal yang mengatur tentang kepengawasan, dan bila UU tersebut sudah berlaku kembali maka hakim diharapkan agar mau membantu kelancaran pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial sehingga keseimbangan antar lembaga tinggi Negara di Negara ini bias terwujudkan.
Kata Kunci : Pengawasan, Hakim, Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi

 CONTOH SKRIPSI HUKUM TATA NEGARA - Yuridis Terhadap Pengawasan Hakim Yang Dilakukan Oleh Komisi Yudisial Pasca Keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Atas Uu No. 22 Tahun 2004 SELENGKAPNYA SILAHKAN KUNJUNGI DI SINI

CONTOH SKRIPSI HUKUM - TINJAUAN TENTANG PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM PERSIDANGAN DAN IMPLIKASI YURIDISNYA TERHADAP KEKUATAN ALAT BUKTI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kelas IA Surakarta)


CONTOH SKRIPSI HUKUM - TINJAUAN TENTANG PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM PERSIDANGAN DAN IMPLIKASI YURIDISNYA  TERHADAP KEKUATAN ALAT BUKTI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Kelas IA Surakarta) 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara tegas tercantum dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa norma (Satjipto Rahardjo, 1982: 14). Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut.

Bila pada uraian di atas dikatakan bahwa konsekuensi dari dianutnya hukum sebagai ideologi oleh suatu negara adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia, maka hukum juga wajib memberikan timbal balik terhadap negara yang menerimanya sebagai ideologi, dengan cara memperhatikan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan anggota-anggota masyarakat serta memberikan pelayanan kepada masyarakat.

1
 
Dalam rangka memberikan perhatian terhadap penciptaan keadilan dalam masyarakat serta memberikan pelayanan terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat, hukum tidak selalu bisa memberikan keputusannya dengan segera, hukum membutuhkan waktu untuk menimbang-nimbang yang bisa memakan waktu lama sekali, guna mencapai keputusan yang seadil-adilnya dan tidak merugikan masyarakat.

Indonesia sebagai negara hukum memiliki beberapa macam hukum untuk mengatur tindakan warga negaranya, antara lain adalah hukum pidana dan hukum acara pidana. Kedua hukum ini memiliki hubungan yang sangat erat, karena pada hakekatnya hukum acara pidana termasuk dalam pengertian hukum pidana. Hanya saja hukum acara pidana atau yang juga dikenal dengan sebutan hukum pidana formal lebih tertuju pada ketentuan yang mengatur bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan pidana. Sedangkan hukum pidana (materiil) lebih tertuju pada peraturan hukum yang menunjukan perbuatan mana yang seharusnya dikenakan pidana dan pidana apa yang dapat dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana tersebut.

Walaupun hukum dibuat untuk suatu tujuan yang mulia, yaitu memberikan pelayanan bagi masyarakat guna terciptanya suatu ketertiban, keamanan, keadilan dan kesejahteraaan, namun pada kenyataannya masih tetap terjadi penyimpangan-penyimpangan atas hukum, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja atau lalai. Terhadap penyimpangan-penyimpangan hukum ini tentunya harus ditindaklanjuti dengan tindakan hukum yang tegas dan melalui prosedur hukum yang benar sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Sehingga ideologi Indonesia sebagai negara hukum benar-benar terwujud.

Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan bahwa tujuan hukum acara pidana adalah: “untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan”.

Melalui hukum acara pidana ini, maka bagi setiap individu yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran hukum, khususnya hukum pidana, selanjutnya dapat diproses dalam suatu acara pemeriksaan di pengadilan, karena menurut hukum acara pidana untuk membuktikan bersalah tidaknya seorang terdakwa haruslah melalui pemeriksaan di depan sidang pengadilan (Darwan Prinst,1998: 132). Dan untuk membuktikan benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan diperlukan adanya suatu pembuktian.

Dalam pembuktian ini, hakim perlu memperhatikan kepentingan korban, terdakwa dan masyarakat. Kepentingan korban berarti bahwa seseorang yang mendapat derita karena suatu perbuatan jahat orang lain berhak mendapatkan keadilan dan kepedulian dari negara, kepentingan masyarakat berarti bahwa demi ketentraman masyarakat maka bagi setiap pelaku tindak pidana harus mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Sedangkan kepentingan terdakwa berarti bahwa terdakwa harus diperlakukan secara adil sedemikian rupa, sehingga tiap individu yang terbukti bersalah harus dihukum.

Pembuktian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan, karena dengan pembuktian inilah nasib terdakwa ditentukan, dan hanya dengan pembuktian suatu perbuatan pidana dapat dijatuhi hukuman pidana. Sehingga apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa dibebaskan dari hukuman, dan sebaliknya jika kesalahan terdakwa dapat dibuktikan, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan kepadanya akan dijatuhkan pidana.
Pembuktian juga merupakan titik sentral hukum acara pidana. Hal ini dapat dibuktikan sejak awal dimulainya tindakan penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan hakim bahkan sampai upaya hukum, masalah pembuktian merupakan pokok bahasan dan tinjauan semua pihak dan pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan, terutama bagi hakim. Oleh karena itu hakim harus hati-hati, cermat, dan matang dalam menilai dan mempertimbangkan nilai pembuktian serta dapat meneliti sampai dimana batas minimum kekuatan pembuktian atau bewijskracht dari setiap alat bukti yang sah menurut undang-undang.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tidak memberikan penafsiran atau pengertian mengenai pembuktian baik pada Pasal 1 yang terdiri dari 32 butir pengertian, maupun pada penjelasan umum dan penjelasan Pasal demi Pasal. KUHAP hanya memuat macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum acara pidana di Indonesia.

Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan (M. Yahya Harahap, 2003: 273).

Menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP, jenis alat bukti yang sah dan dapat digunakan sebagai alat bukti adalah :
1.      Keterangan saksi;
2.      Keterangan ahli;
3.      Surat;
4.      Petunjuk;
5.      Keterangan terdakwa.

Maksud penyebutan alat-alat bukti dengan urutan pertama pada keterangan saksi, selanjutnya keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa pada urutan terakhir, menunjukkan bahwa pembuktian (bewijsvoering) dalam hukum acara pidana diutamakan pada kesaksian. Namun perihal nilai alat-alat bukti yang disebut oleh pasal 184 KUHAP tetap mempunyai kekuatan bukti (bewijskracht) yang sama penting dalam menentukan bersalah atau tidaknya terdakwa.

Dengan kata lain, walaupun pembuktian dalam hukum acara pidana diutamakan pada kesaksian, namun hakim tetap harus hati-hati, dan cermat dalam menilai alat-alat bukti lainnya. Karena pada prinsipnya semua alat bukti penting dan berguna dalam membuktikan kesalahan terdakwa.

Penulis dalam penulisan hukum ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli, surat dan petunjuk karena keempat alat bukti tersebut secara umum sudah lebih dikenal oleh pihak dan pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dan tidak banyak menimbulkan permasalahan dalam penerapannya dalam persidangan. Lain halnya dengan alat bukti keterangan terdakwa yang kadang kala masih sering menimbulkan permasalahan, baik mengenai eksistensinya sebagai alat bukti yang sah, masalah kekuatan nilai pembuktian dan penerapannya di persidangan, maupun kedudukannya sebagai alat bukti terakhir di dalam Pasal 184 ayat (1)  KUHAP.

Bila melihat urutan jenis alat bukti pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP, maka keterangan terdakwa merupakan alat bukti yang terakhir setelah  petunjuk. Akan tetapi karena suatu petunjuk dapat diperoleh dari keterangan terdakwa, maka dalam hal yang demikian petunjuk hanya bisa diperoleh setelah lebih dahulu memeriksa terdakwa, sehingga petunjuklah yang seharusnya menduduki posisi terakhir sebagai alat bukti. Terlepas dari permasalahan di atas, pada kenyataannya keterangan terdakwa masih belum memiliki peraturan yang jelas dalam penerapannya, yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi nilai kekuatannya sebagai alat bukti yang sah, sehingga akan berpengaruh juga terhadap putusan pengadilan.

Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri. Mengingat bahwa keterangan terdakwa yang memuat informasi tentang kejadian peristiwa pidana bersumber dari terdakwa, maka hakim dalam melakukan penilaian terhadap isi keterangan terdakwa haruslah cermat dan sadar bahwa ada kemungkinan terjadinya kebohongan atau keterangan palsu yang dibuat oleh terdakwa mengenai hal ikhwal kejadian atau peristiwa pidana yang terjadi.

Dalam persidangan sering dijumpai bahwa terdakwa mencabut keterangan yang diberikannya di luar persidangan atau keterangan yang diberikannya kepada penyidik dalam pemeriksaan penyidikan yang dimuat dalam Berita Acara Penyidikan (BAP). Dimana keterangan tersebut pada umumnya berisi pengakuan terdakwa atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Menurut Martiman Prodjohamidjojo (1984: 137), terhadap keterangan di muka penyidik dan keterangan dalam persidangan harus dibedakan, keterangan yang diberikan di muka penyidik disebut keterangan tersangka, sedangkan keterangan yang diberikan dalam persidangan disebut keterangan terdakwa. Dengan adanya perbedaan ini, penulis menilai akan memperjelas dari kedudukan masing-masing keterangan dalam pembuktian.

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa dalam persidangan terdakwa kerap mencabut kembali keterangan pengakuan yang diberikan dalam pemeriksaan penyidikan di sidang pengadilan. Suatu hal yang ironi memang bila melihat bahwa setiap tersangka pasti memberikan keterangan pengakuan di depan penyidik sedemikian rupa jelasnya mengutarakan dan menggambarkan jalannya perbuatan tindak pidana yang disangkakan. Akan tetapi bagaimanapun gamblangnya pengakuan yang tercatat dalam Berita Acara Penyidikan (BAP), akan selalu dicabut kembali dalam pemeriksaan pengadilan. Hampir seluruh terdakwa, mencabut kembali keterangan pengakuan yang tercatat dalam BAP, hanya satu dua yang tetap bersedia mengakui kebenarannya.

Adapun alasan yang kerap dijadikan dasar pencabutan adalah bahwa pada saat memberikan keterangan di hadapan penyidik, terdakwa dipaksa atau diancam dengan kekerasan baik fisik maupun psikis untuk mengakui tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Sedemikian rupa penyiksaan dan ancaman berupa pemukulan, penyulutan bagian badan atau bagian vital tubuh. Kepala dibenturkan di dinding, dan segala macam penganiayaan yang keji, membuat tersangka terpaksa mengakui segala pertanyaan yang didiktekan pejabat pemeriksa. Begitulah selalu alasan yang yang melandasi setiap pencabutan keterangan pengakuan yang dijumpai di sidang pengadilan.

Ditinjau dari segi yuridis, pencabutan ini sebenarnya dibolehkan dengan syarat pencabutan dilakukan selama pemeriksaan persidangan pengadilan berlangsung dan disertai alasan yang mendasar dan logis (M. Yahya Harahap, 2003: 326). Sepintas terkesan bahwa syarat pencabutan tersebut mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan sehingga diperkirakan penerapannya pun akan lancar tanpa permasalahan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidaklah demikian karena ternyata dalam praktek di persidangan pencabutan begitu banyak menimbulkan permasalahan. Terutama mengenai penilaian hakim terhadap alasan pencabutan keterangan terdakwa, dimana dalam praktek di persidangan hakim tidaklah mudah menerima alasan pencabutan keterangan terdakwa.

Permasalahan lain terkait dengan pencabutan keterangan terdakwa adalah mengenai eksistensi keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang, dalam hal digunakan untuk membantu menemukan alat bukti dalam persidangan sebagaimana ketentuan Pasal 189 ayat (2) KUHAP (Darwan Prinst, 1998: 145). Sebab sesuatu hal yang fungsi dan nilainya digunakan untuk membantu mempertegas alat bukti yang sah, maka kedudukannya pun telah berubah menjadi alat bukti, termasuk pengakuan terdakwa pada tingkat penyidikan (M. Yahya Harahap, 2003: 323).

Masalah pencabutan keterangan terdakwa ini juga akan membawa permasalahan lain,  yaitu persoalan berkaitan dengan implikasi pencabutan tersebut terhadap kekuatan alat bukti, serta pengaruhnya terhadap alat bukti lain yang sah menurut undang-undang. Berdasarkan hal inilah, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian sebagai bahan penulisan hukum yang mempunyai judul:

"CONTOH SKRIPSI HUKUM Tinjauan Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan Dan Implikasi Yuridisnya Terhadap Kekuatan Alat Bukti” (Studi Di Pengadilan Negeri Kelas IA Surakarta). SELENGKAPNYA SILAHKAN KUNJUNGI

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...