CONTOH SKRIPSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Anak dalam perspektif Islam merupakan
rahmat dari Allah yang diberikan kepada orang tua, dan merupakan titipan Allah kepada
orang tuanya, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 49:
لله ملك السموا ت والأرض يخلق ما يشاء
يهب لمن يشاءاناثا ويهب لمن يشاء الذكور(الشورى:49)
Artinya: “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi,
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan
kepada siapa yang Dia kehendaki dan
memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki".[1]
Sesungguhnya
Allah mempunyai wewenang menciptakan kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan
apa yang dia kehendaki walau makhluk enggan untuk menerimanya, terkadang manusia
mendambakan anak laki-laki tetapi kehendak Allah yang maha mutlak kekuasaan dan
pengaturannya yang berlaku, Dia memberi anak perempuan kepada siapa yang dia
kehendaki walau yang bersangkutan mendambakan anak laki-laki begitu juga
sebaliknya.
Dari
uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa Allah berwenang penuh menciptakan dan
mengatur makhluknya dan ini merupakan penjelasan secara umum, yang sesuai
dengan konteks dimana dilarang memperdebatkan hal-hal yang berkaitan dengan
persoalan khusus Allah.
Dan firman Allah dalam surat Ali
Imron ayat 38 :
هنالك دعا
زكريا ربه قال رب هب لي من لدنك ذرية طيبة
انك سميع الدعاء (ال عمران:38)
Artinya: ” Di sanalah Zakariya mendo’a kepada Tuhannya seraya
berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar do’a”.[2]
Ayat di atas menjelaskan bahwa
mihrob tempat Maryam berada dan saat itulah ketika ia mendengar jawaban sumber
rizki Maryam, harapan Zakariya a.s untuk memperoleh anak keturunan muncul
kembali dari lubuk hatinya yan terdalam selama ini harapan itu ia pendam
dalam-dalam karena sadar bahwa ia dan isterinya telah lanjut usia tapi melihat
apa yang terjadi pada Maryam serta mendengar dan menyadari ucapannya bahwa Allah memberi rizki kepada siapa yang
dia kehendaki tanpa yang bersangkutan mendengarnya disana dan ketika itulah
berdo'a kepada tuhannya seraya berkata Tuhanku pemelihara dan pembimbingku
anugerahilah aku dari sisimu yang aku tidak tahu bagaimana caranya anak
berkualitas, sesunmgguhnya engkau maha
mendengar dan maha pengkabul
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa anak merupakan amanat dari Allah kepada orang
tua, yang nanti di hari kiamat akan dimintai pertanggug jawaban tentang
pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatannya. Dan diantara hal yang ditanyakan
adalah pendidikan agama pada anak.
Perlu
kita perhatikan bahwa setiap orang tua muslim mendambakan anak yang sholeh,
dengan iman yang teguh, taat beribadah, dan akhlak terpuji. Tetapi untuk
mewujudkan hal tersebut bukan lah semudah kita bayangkan seperti membalikkan
telapak tangan, melainkan harus melalui proses yang cukup panjang dan
membutuhkan perjuangan. Oleh karena itu, meskipun dalam keadaan kepayahan, kesusahan,
sebagai orang tua dalam mengasuh anaknya, tidak akan dapat mengikis kasih
sayangnya kepada mereka. Harapan untuk memiliki anak yang sholeh, akan tetap
tertanam dalam hati kedua orang tua.
Zakiah Darajat mengatakan: “ Agama
yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari
unsure-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengandali dalam
menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena
keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan
mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam dirinya, jika
ia menjadi seorang ibu atau bapak di rumah tangga, ia merasa terdorong untuk
membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan
dan asuhan yang diridhoi oleh Allah. Ia tidak akan membiarkan
anak-anaknya melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan susila”.[3]
Berbicara tentang pendidikan agama anak, keluarga merupakan
tempat yang pertama dan utama dalam membentuk kepribadian keagamaan anak,
bahkan sampai kapanpun fungsinya tidak akan
tergeser oleh lembaga lainnya. Itulah sebabnya, kewajiban orang tua
terhadap anaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan lahiriah saja seperti makan,
minum dan lainnya, tetapi lebih dari itu, orang tua wajib memenuhi kebuttuhan
rohaniahnya, yang berupa pendidikan agama. Sebagaimana firman Allah dalam surat
At-Tahrim ayat 6:
يايها
الذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملئكة غلاظ شداد
لا يعصون الله ما امرهم ويفعلون ما يؤمرون(التحريم:6)
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, peliharlah
dirimu dan keluargmu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu ; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.[4]
Menjaga diri dan keluar dari siksaan
neraka adalah dengan cara memberikan
pengajaran dan pendidikan agama, serta menumbuhkan dan membiasakan
mereka berbuat kebaikan.
Akan tetapi akhir-akhir ini, kita
banyak menjumpai di tengah masyarakat, dimana keluarga muslim khususnya kurang
memperhatikan pendidikan agama anak-anaknya. Sehingga terjadi penyimpangan
prilaku anak dari norma-norma agama yang
telah ditetapkan. Padahal Rosulullah telah menegaskan dalam hadisnya yang
berbunyi:
ما من مولود الايولد على
الفطرة فابواه يهودانه او ينصرانه
او يمجسا نه (رواه مسلم)
Artinya:
“ Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat
kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.[5]
Jadi baik dan buruk tumbuhnya
anak-anak merupakan tanggung jawab orang tua. Orang tua harus betul-betul
memperhatikan pendidikan anak-anaknya terutama pendidikan agama. Sehingga kelak
diakherat dapat mempertanggung jawabkan amanat yang diberikan Allah kepadanya.
Maraknya dekadensi moral, baik yang
dilakukan oleh anak-anak, remaja maupun orang tua sebagaimana yang kita
saksikan sangat erat kaitannya dengan pendidikan agama disamping itu juga
karena pengaruh globalisasi, namun apabila setiap individu memahami agama
dengan baik, maka ia akan mampu membentengi dirinya dari berbagai pengaruh yang
negatif dan tetap konsis mengamalkan ajaran agama tersebt. Untuk itu orang tua
sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga yang sekaligus merupakan
lembaga pendidikan yang pertama dan utama maka mereka memiliki tanggung jawab
penuh dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di lingkungan keluarga demi
terbentuknya pribadi anak sehingga menjadi sosok muslim yang ideal. Namun
demikianlah pendidikan anak untuk menjadi muslim yang baik dalam kehidupan
keluarga perlu menggunakan berbagai macam cara atau strategi tersendiri
sehingga berhasil.
Atas dasar pemikiran tersebut,
penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan mengenai "Strategi
Pelaksanaan Pendidikan Agama Pada Anak Dalam Keluarga" studi kasus
keluarga Bapak Karjono di dukuh Sentanan desa Krembangan Gudo Jombang.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
dan mengacu pada judul yang ada, penulis merumuskan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat strategi
pelaksanaan pendidikan agama pada anak
dalam keluarga?.
2.
Bagaimanakah strategi pelaksanaan pendidikan agama pada
anak dalam keluarga ?
C.
Tujuan
Penelitian
Secara umum penelitian ini berusaha
mengungkap strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga Bapak
Karjono di dukuh Sentanan desa Krembangan Gudo Jombanng.
Sedangkan secara rincinya sebagai
berikut:
a.
Untuk mendiskripsikan strategi pelaksanaan pendidikan
agama pada anak dalam keluarga Bapak Karjono di dukuh Sentanan Desa Krembangan
Gudo Jombang.
b.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di
dukuh Sentanan Desa Krembangan Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.
D. Penegasan Judul
Agar dalam membaca skripsi ini
tidak mengalami kesulitan maka penulis perlu memberikan penegasan judul,
sehingga nantinya pembaca memahami apa maksud dari isi skripsi ini.
1.
Strategi adalah pertimbanngan dan penetapan
langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir
2.
Pelaksanaan adalah dimulainya suatu kegiatan
3.
Pendidikan agama adalah bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama menururt ukuran-ukuran islam.
4.
Anak adalah buah hasil dari hubungan antara suami dan
isteri
5.
Keluarga adalah suatu perkumpulan kecil, yang mana
didalamnya terdapat hubungan yang erat antara Bapak, Ibu dan anak.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga adalah cara orang tua dalam membimbing anak-anaknya dalam belajar untuk
mencapai terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran islam.
Sehingga nantinya anak akan mampu menjalankan perintah dan menjahui larangan
agama yang sudah digariskan dan menjadi anak yang sholeh yang berbakti kepada
kedua orang tua mereka.
E. Manfaat Penelitian
Setelah penulis menyelesaikan
penelitian tentang strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga, diharapkan nantinya akan bermanfaat :
1.
Bagi para orang tua sebagai pendidik pertama
anak-anaknya, sehingga akan lebih bertanggung jawab dan memperhatikan betul
terhadap pendidikan agama anak-anaknya.
2.
Bagi Penulis :
a. Sebagai bahan informasi dan latihan dalam
mengembangkan dinamika pemikiran tentang pendidikan agama.
b. Sebagai acuan awal dalam kehidupan selanjutnya
sebelum terjun dalam kehidupan keluarga dan masyarakat yang nyata..
3.
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam
rangka meningkatkan strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam
keluarga, sekaligus menjadi bahan studi lanjut bagi yang memerlukan.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah
cara yang digunakan dalam penelitian. Bagaimana
cara mencari data, dan setelah data didapat bagaimana cara mengolah data
tersebut sehingga menjadi bermakna dan dapat dipahami setiap pembaca.
a. Jenis
Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian
studi kasus (Case Study), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala
tertentu. Ditinjau dari wilayahnya maka penelitian kasus hanya meliputi daerah
atau subyek yang sempit, yang ditinjau dari sifat penelitian. Penelitian kasus
lebih mendalam.[6]
Menurut Nasution, studi kasus adalah bentuk
penelitian yang dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu,
golongan manusia (guru, suku), lingkungan hidup manusia (desa), atau lembaga
sosial.[7]
Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan terorganisasi dengan baik tentang
komponen-komponen tertentu, sehingga dapat memberikan kevaliditan hasil
penelitian.
b. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek
penelitian secara langsung adalah keluarga Bapak Karjono yang ada di dukuh
Sentanan desa krembangna kecamatan Gudo kabupaten jombang. Adapun alasan
penulis menjadikan keluarga Bapak Karjono sebagai obyek penelitian karena berdasarkan
pemantauan penulis keluarga ini bisa dikatakan berhasil dalam mendidik
anak-anaknya baik itu dalam pendidikan umum atau pendidikan agama,
masing-masing kedua orang tuanya memiliki kesibukan diluar rumah yaitu bapaknya
bekerja sebagai guru, dan kalau sore hari biasanya ikut membantu mengajar di
TPQ Nurul Iman. Sedangkan ibunya dibidang wiraswasta yaitu menunggu toko
disamping sebagai ibu rumah tangga. Meskipun mereka mempunya kesibukan akan
tetapi komunikasi diantara keduanya berjalan dengan baik, lancar dan tidak
lengah, mereka tetap mengontrol pendidikan anak-anaknya.
Inilah sedikit gambaran tentang keluarga Bapak Karjono,
untuk lebih jelasnya akan penulis paparkan pada bab III sebagai deskripsi hasil
penelitian di lapangan.
c.
Informan dan Responden
Informan adalah orang yang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi situasi dan kondisi latar penelitian.[8]
Responden merupakan orang yang
memberi jawaban dan sangat diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain
responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian baik pertanyaan lesan atau tulisan.[9]
Adapun yang dijadikan responden disisni
adalah seluruh anggota keluarga bapak karjono, termasuk saudara-saudaranya yang
tidak tinggal serumah dengan keluarga bapak karjono. Sedangkan yang dijadikan
informan disini adalah tetangga terdekat yang dianggap perlu
d. Metode Pengumpulan
Data
Berdasarkan jenis dan sumber data yang
diperoleh, seperti penulis kemukakan diatas, maka metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode
Observasi
Yang dimaksud metode
observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan melalui pengamatan
secara sistematis terhadap obyek yang diteliti.[10]
.
Adapun yang diobservasi adalah tentang
strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga yang meliputi
pelaksanaan pendidikan akidah, ibadah dan akhlak oleh orang tua. Metode yang
digunakan setiap harinya yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, metode
nasehat dan metode perhatian/ pengawasan, dan kondisi lingkungan keluarga Bapak
Karjono
2. Metode
Interview (wawancara)
Interview yang sering
juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.
Interview digunakan oleh
peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang
variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap
sesuatu
Metode
ini digunakan untuk mengetahui secara langsung pelaksanaan pendidikan agama
yang dilakukan oleh ortang tua dalam kaitannya untuk memperoleh kebenaran dari
hasil wawancara yang telah dilakukan.
3.
Metode Dokumentasi
Metode
dokumenter adalah pengumpulan data dari data-data yang telah didokumentasikan
dalam berbagai bentuk. Suharsimi Arikunto mengatakan:
“Bahwa metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda
dan sebagainya”.[11]
Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktur pemerintahan desa, jumlah
penduduk, tingkat pendidikan, pekerjaan (mata pencaharian), jumlah penduduk berdasar
agama, jumlah tempat ibadah, jumlah lembaga pendidikan serta data yang
berhubungan dengan administrasi lainnya.
e.Teknik Analisis Data
Analisa adalah mngelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyikatkan data sehingga mudah untuk di baca. [12]
Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan
penelitian non hipotesis sehingga dalam penelitian tidak perlu merumuskan
hipotesisnya.[13]
Dalam mengadakan analisa data, perlu diingat bahwa data yang
diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
Data tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut, sehingga analisa yang
diperoleh dapat berjenis-jenis. Informasi yang diperoleh dapat menjawab
sebagaian atas semua masalah, dapat menjawab secara spesifik dan dapat bersifat
sangat umum.
Agar data yang terkumpul mempunyai makna,
maka diperlukan proses analisa data dengan cara tertentu. Moh. Nasir
mengatakan:” Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada
gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan bagian yang amat penting
dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah, data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian”.Data mentah yang
telah dikumpulkan perlu dipecah-pecah dalam kelompok, diadakan katagorisasi
sehingga data tersebut mempunyai makna.[14]
Sedangkan beberapa ciri dalam membuat
kategori adalah :
a.
Kategori
yang dibuat harus sesuai dengan tujuan penelitian serta masalah
b.
Kategori
harus lengkap
c.
Kategori
harus bebas dan terpisah
d.
Tiap
kategori harus berasal dari satu kaidah klasifikasi
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika
adalah tata urutan yang beraturan dan berkesesuaian. Sistematika ini memuat
kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam pelaporan hasil penelitian yang
dilakukan. Adapun bentuk sistematis dari laporan tersebut adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pada bab ini merupakan penjelasan secara umum
tentang, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan
Masalah, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.
BAB II : Pada bab ini berisis penjelasan
secara teoritis tentang hal-hal yang berhubungan dengan strategi pelaksanaan
pendidikan agama pada anak dalam keluarga
BAB III : Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian yang akan diungkapkan secara deskriptif tentang latar
belakang obyek, strategi pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga,
serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan agama
pada anak dalam keluarga
BAB IV : Sebagai bab terakhir, bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran.
Kesimpulan dimaksud adalah kesimpulan
dari hasil penelitian yang didapat dari lapangan, sedang saran ditujukan kepada
pihak yang terlibat dalam penelitian agar lebih bertanggung jawab terhadap
pendidikan agama anak.
Contoh Skripsi Pendidikan Agama Islam Selengkapnya Silahkan Kunjungi di sini
[1] Depag,
Al-Qur'an dan Terjemah, Asy-Syifa', Semarang, 2000, hal, 390
[2] Ibid,
hal, 42
[3] Zakiah
Darajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1975,
hal 92
[4]Depag R
I, Op. cit, hal, 6
[5] Hussein
Bahreij, Himpunan hadits Shahih Muslim, Al-Ikhlas, Surabaya, 1987, hal, 44
[6]
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina
Aksara, Jakarta 1998. Hal. 131
[7] S
Nasution. Metode Reseach. Jemmars, Bandung. 1982. Hal 36
[8]. Lexy J
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja rosda karya,Bandung.
2000. hal 90
[9]. Suharsimi
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara,
Jakarta 1993. Hal. 102
[10]
Sutrisno Hadi, Op, cit, hal, 159
[11]
Suharsismi Arikunto, Op, cit, hal. 236
[12] Moh
Nasir, Metode Penelitian, Gahlia Indonesia, Jakarta, 1999, hal, 419
[13]
Suharsimi Arikunto, Op, cit, hal. 206
[14]Moh
Nasir, Metode Penelitian, Gahlia Indonesia, Jakarta, 1999, hal. 405
[15] Moh Nasir, ibid hal 409
Tidak ada komentar:
Posting Komentar