BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar
Belakang
Dewasa ini telah
berkembang dengan pesat suatu kondisi sistem perekenomian di Indonesia yang
telah banyak diterapkan diberbagai sektor yaitu sistem ekonomi Islam. Pada
dasarnya, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah
menjadi kewajiban bagi Umat Islam Indonesia untuk menerapkan ekonomi syariah
sebagai bukti ketaatan dan ketundukan masyarakat pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Di
Indonesia ekonomi syariah mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat
Indonesia pada tahun 1991. Selanjutnya ekonomi berbasis syariah di Indonesia
ini mulai menunjukan perkembangan yang menggembirakan, terbukti hingga kini penerapan
hukum syariah bukan hanya terbatas pada bank-bank saja, tapi sudah menjalar ke
bisnis asuransi, bisnis multilevel marketing, koperasi bahkan ke
pasar modal.
Para investor muslim
kini juga tidak perlu susah-susah lagi untuk menanamkan modalnya pada suatu jenis
usaha, karena Bursa Efek Indonesia sudah memiliki Jakarta Islamic Index
yang memuat indeks saham yang masuk kategori halal. Saham-saham yang masuk
kriteria JII adalah saham-saham yang operasionalnya bukan dari riba, permodalan
perusahaan bukan juga dari mayoritas utang. Jadi bisa kita katakan bahwa
saham-saham yang tergabung dalam JII ini adalah saham-saham yang
pengelolaan dan manajemennya terbilang sudah
transparan dan sudah memenuhi prinsip corporate governance.
Karenanya jangan heran kalau sepanjang keberadaannya saham-saham syariah yang
tergabung dalam JII adalah saham yang memberikan keuntungan cukup atraktif.
Kinerja JII secara
historis lebih baik dibadingkan dengan IHSG maupun LQ45 sehingga menawarkan return
yang lebih tinggi. Ini merupakan alternatif dari reksadana saham yang kini
menjadi primadona. (www.bi.go.id) Ketiga
puluh jenis saham pada JII merupakan saham terseleksi yang mempunyai
fundamental baik, dalam arti kinerja keuangan perusahaannya masuk dalam
kategori baik. Hal ini memberikan indikasi bahwa JII merupakan sasaran
investasi yang baik bagi perusahaan yang berbasis syariah. (www.suaramerdeka.com)
Sektor pertambangan
bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif tempat investasi yang perlu
dipertimbangkan, investasi pada sektor ini memberikan peluang untuk mendapatkan
keuntungan yang maximal karena memegang kendali dalam sektor perekonomian,
seperti bahan bakar minyak yang merupakan kebutuhan pokok.
Sebelum tahun 2005
saham perusahaan pertambangan bukanlah komoditas yang menarik di lantai bursa.
Maklum, para pemain saham cenderung mengincar untung besar dalam jangka pendek
dengan risiko yang minim. Sedangkan pertambangan merupakan investasi besar
jangka panjang yang berisiko besar. Seiring melonjaknya harga komoditas
pertambangan, saham perusahaan tambang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) juga menjadi primadona. Sepanjang tahun 2006 – 2007, saham perusahaan
pertambangan utama yang terdaftar di BEI, yakni PT Aneka Tambang, Tbk. (ANTM),
PT Bumi Resource, Tbk. (BUMI), PT Bukit Asam, Tbk. (PTBA), dan PT International
Nickel Indonesia, Tbk. (INCO) menunjukkan kapitalisasi pasar yang pesat.
(www.majalahtambang.com)
Pada tahun 2007 saham pertambangan
jadi favorit investor sehubungan dengan naiknya sejumlah komoditas tambang.
Indeks saham pun langsung melejit termasuk Jakarta Islamic Index (JII) dan
saham-saham yang naik harganya di top gainer antara lain, perusahaan
sektor pertambangan yang tergabung di JII yaitu
International Nickel Indonesia (INCO) naik Rp 2.400 menjadi Rp 44.900,
Aneka Tambang (ANTM) naik Rp 400 menjadi Rp 9.600. (www.detikfinance.com). Menguatnya harga
minyak mentah dunia juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
sektor pertambangan khususnya tambang batu bara dimana harga batu bara sebagai
bahan bakar subtitusi ikut terangkat. Penguatan harga batu bara dunia dan
meningkatnya volume penjualan kuartal pertama 2008 karena tingginya permintaan
dalam dan luar negeri, telah memberikan pengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan-perusahaan tambang batu bara, diantaranya perusahaan yang tergabung
di JII seperti PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Resource,
Tbk. yang mencatatkan peningkatan laba. (www.okezone.com)................
Keadaan
seperti yang dijelaskan diatas, diilhami peneliti – peneliti terdahulu dalam
melakukan penelitian, diantaranya Madichah (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh
EPS, DPS, FL terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI periode
2000-2002. Hasil penelitan mengungkapkan bahwa EPS, DPS dan FL berpengaruh
simultan terhadap harga saham. Secara parsial ada pengaruh antara EPS terhadap
harga saham, sedangkan DPS dan FL tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham. Mohamad Abdul Azis (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh
Earnings Per Share (EPS) dan pertumbuhan penjualan terhadap perubahan
harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga
saham, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham. Denny (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh Deviden
Per Share dan Return On Equity terhadap harga saham (Studi pada lima
perusahaan yang tergabung dalam sector pertambangan periode 2002-2007). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Dividend Per Share dan Return On Equity pada
lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007
cenderung berfluktuasi. Perkembangan harga saham lima perusahaan yang tergabung
dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung meningkat. Secara parsial
dan simultan variabel Dividend Per
Share dan Return On Equity memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan harga saham. Fatma Khotimatul Khusna (2009) melakukan penelitian tentang
analisis pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan
pertambangan (studi pada BEI). Hasil penelitian mengungkapkan variabel EPS
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, untuk variabel ROA,
ROE, PER, dan DPR tidak berpengaruh terhadap harga saham dan EPS yang
berpengaruh paling dominan terhadap harga saham.
Dengan adanya variabel
– variabel yang mempengaruhi harga saham seperti tersebut diatas, penelitian
ini akan difokuskan pada pengaruh variabel EPS, PER, ROE, dan ROA terhadap
harga saham perusahaan sector
pertambangan yang tergabung di Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2004-2008.
Berdasarkan latar
belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian
“Analisis Variabel – variabel yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Harga Saham Perusahaan
yang Tergabung di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2004– 2008”.
1.
2. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui
kondisi dewasa ini berkaitan dengan salah satu aspek yang ada di Bursa Efek
Indonesia, maka rumusan masalah yang coba diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah EPS, PER, ROE, dan ROA secara bersama – sama mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung di JII?
2.
Apakah EPS, PER, ROE, dan ROA secara individu mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung di JII?
3.
Manakah dari variabel EPS, PER, ROE, dan ROA yang berpengaruh
dominan terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung di JII?
Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Manajemen Keuangan Judul ANALISIS VARIABEL – VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2004 - 2008 Dari BAB I hingga BAB 5 Penutup Termasuk daftar pustaka dan lampiran, Silahkan Miliki di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar