Kembali lagi saya akan posting Contoh Skripsi Pemasaran Judul PENGARUH ASPEK FISIK IDENTITAS MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK (Penelitian pada Merek AMDK AMNU di Kota Tuban)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di negeri ini terus mengalami perkembangan sangat pesat. Data Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menyebutkan bahwa dalam
tujuh tahun terakhir volume penjualan AMDK tumbuh di atas 10% per tahun. Kalau pada 2004 volume produksinya baru 9,1 miliar liter, pada 2006 melewati 13 miliar liter (www.warta-ekonomi.com 27 April 2007).
Hasil survie Tetra Pak Indonesia juga menyebutkan bahwa urutan pertama konsumsi minuman dalam kemasan di Indonesia adalah produk air minum dalam kemasan, yaitu 67%. Kemudian disusul produk
minuman teh siap minum (13%) lalu minuman berkarbonasi (Majalah KRONIK edisi 41 28 januari 2005).
Petumbuhan industri ini di masa mendatang diperkirakan akan semakin besar. Perkiraan ini dengan asumsi bahwa pada 30 tahunmendatang populasi akan meningkat melebihi 300 juta orang atau hampir mendekati 400 juta orang (Majalah KRONIK edisi 41 28 januari 2005).
Ditambah lagi dengan ketersediaan air minum yang layak minum dalam arti berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. (Sinar Harapan,22 maret 2003). Karena itu wajar jika kian hari kian banyak perusahaan yang memasuki industri ini. Hingga saat ini terdapat ratusan perusahaan AMDK yang tersebar di seluruh Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa kini ada lebih dari 1.400 jenis air minum dalam kemasan ada di Indonesia (www.liputan6-sctv.com).
Peluang di industri ini juga masih sangat besar dimasa mendatang. Karena sampai saat ini dari sekian banyak perusahaan AMDK tersebut, termasuk perusahan besar berskala nasional seperti PT Tirta Investama, PT Aqua Golden Mississippi, PT Tirta Sibayakindo dan PT Tang Mas, baru memenuhi 16,6% kebutuhan masyarakat akan air minum. Sehingga sebenarnya untuk perusahaan kecil, masih terdapat kesempatan untuk terus berkembang (Hari Kusumo Wijoyo, 2005: xvii) Dengan semakin banyaknya perusahan yang masuk pada industri AMDK ini, maka persaingan ketat dikalangan produsen menjadi hal yang tak terelakan. Dalam dinamika pasar yang sangat kompetitif inilah peranan merek menjadi sangat penting. Karena atribut-atribut lain seperti atribut produk, biasanya relatif mudah untuk ditiru (Rangkuti,2002:xii). Apalagi AMDK termasuk produk generik yang isi (konten) dari masing masing produk relatif sulit dibedakan, karena sama- sama berbahan dasar air putih.
Merek yang dibangun dengan baik akan menjadi aset penting perusahaan. Dan tak jarang merek tersebut dihargai dengan nominal bsar oleh perusahaan lain. Seperti Sunkist yang menerima royalti $10,3 milyar karena namanya dipakai sejumlah produk dari perusahaan lain, seperti Sunkist Fruit Gems (Ben Myerson Candy), Sunkist Orange Soda (Cadbury Scheweppes), Sunkist vitamin C dan Sunkist Fruit Snack
(Lipton) ( Rangkuti 2004:15)
Dari sisi konsumen, kekuatan merek inilah yang menjadi indikator kemampuan bersaing suatu produk. Dan merek yang kuat juga akan memperoleh tempat istimewa dalam benak konsumen dan pada akirnya
akan mencipakan loyalitas tinggi pada merek tersebut ( Rangkuti 2004:61) Kekuatan merek ini dalam bahasa pemasaran biasa disebut ekuitas merek (Rangkuti 2004:222). Secara teoritis ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan (Susanto,2004:127). Sedangkan dari segi prilaku konsumen ekuitas merek penting untuk memberikan diferensiasi yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif berdasarkan persaingan non harga.
Dalam prespektif Keller (1991:9) Equitas Merek yang lebih dikenal dengan Costumer Based Brand Equity (CBBE) menghendaki adanya penciptaan merek yang familiar, kuat, dan mempunyai asosiasi unik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui dua tahap. Yaitu diawali dengan pilihan identitas merek, seperti nama, logo atau simbol, dan diteruskan dengan integrasi identitas merek tersebut dalam dukungan program pemasaran
Dari keterangan tersebut kemudian dapat diketahui pentingnya aspek fisik dalam membangun ekuitas merek. Aspek identitas fisik merek berupa nama merek, grafis merek, tagline dan byline merupakan syarat utama dalam membangun ekuitas merek. Disamping itu identitas fisik merek merupakan salah satu bagian merek yang paling mudah dikenali oleh konsumen dan juga bagian merek yang pertama bersentuhan dengan benak konsumen.
Dari sudut pandang empiris, pentingnya aspek identitas fisik merek salah satunya dikemukanakan Kusationo (2001), yang dalam penelitianaya menemukan bahwa brand name sebagai salah satu elemen identitas fisik merek berpengaruh paling besar terhadap pembentukan presepsi kualitas suatu produk daripada variabel lain yang diteliti yaitu store (tempat penjualan) dan price (harga).
Penelitian mengenai aspek identitas merek yang lain dilakukan oleh Biricik (2006) yang mengemukakan bahwa desain logo sebuah produk mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi konsumen secara emosional dan sekaligus juga mempunyai andil besar dalam membangun loyalitas konsemen.
Tagline sebagai salah satu aspek identitas merek juga mempunyai kontribusi dalam membangun ekuitas merek. Karena tagline dapat memberikan gambaran kepada marketer mengenai intisari dari suatu merek. Tagline yang kuat, akan membantu suatu merek dalam meningkatkan awareness dan juga dapat memperkuat strategi positioning dari merek tersebut. Hermawan Kertajaya menyebut tagline juga sebagai positioning statement, yaitu sebuah pernyataan yang memuat dan menyarikan inti dari positioning perusahaan atau merek. Bentuk ringkas dan aplikatif dari positioning statement sesuatu yang dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah slogan atau tagline. (Kartajaya,2002: 56) Dalam konsep Costumer Based Brand Equity (CBBE), Keller (1991) juga mengemukakan bahwa aspek identits merek merupakan syarat utama untuk membangun asosiasi merek yang kuat. Sedangan Asosiasi merek merupakan salah satu unsur penting dalam membangun ekuitas merek. Dalam Prespektif Aaker (1996) dalam Rangkuti (2004:39) maupun prespektif Keller (1993:7) asosiasi merek dipandang sebagai salah satu elemen pembangun equitas merek. Asosiasi Merek adalah segala sesuatu yang dihubungkan dengan daya ingatan konsumen terhadap suatu merek. Asosiasi Merek bisa berupa atribut produk, simbol, negara, organisasi atau bahkan selebriti yang menjadi bintang iklannya (Hermawan,2004:207).
Dalam konteks merek industri Air minum dalam kemasan di indonesia, asosiasi yang dibangun tiap tiap produsen cukup berfariasi. Mulai dari asosiasi minuman sehat milik Aqua, Sampai asosiasi minuman dari pegunungan yang dipakai Total. Kebanyakan Asosiasi merek AMDK tersebut dibangun melalui pogram komunikasi pemasaran yang gencar, seperti iklan di berbagia media dan program pemasaran langsung lain.
Penelitian ini dilakukan terhadap salah satu merek AMDK di kota Tuban. Merek AMDK ini dipandang menarik untuk diteliti karena merek ini mengambil jalan berbeda untuk membangun mereknya. Tidak seperti
merek AMDK lain yang menjadikan atribut produknya sebagai acuan asosiasi, AMDK merek AMNU ini justru memilih mengarahkan asosiasi mereknya pada salah satu ormas Islam terbesar di negeri ini, Nahdlatul
Ulama’ (NU).
Pembangunan asosiasi ini juga tidak dilakuakn seperti halnya merek AMDK kebanyakan, yang mengandalkan komunikasi pemasaran, melainkan dengan cara mengelola elemen-elemen fisik mereknya. Seperti nama merek, logo, tag line dan penyajian grafis lainya. Langkah ini, dalam Monash Marketing Dictionary disebut sebagai sebuah upaya Brand leverage. Yaitu satu kegiatan dari suatu merek yang
mengaitkan dirinya (merek) dengan entitas diluar merek tersebut dan mentransfer beberapa asosiasi dari entitas tersebut ke merek yang bersangkutan. Dengan demikian merek tersebut “meminjam” asosiasi entitas yang akan ditarik tersebut dan diharapkan bisa mentransfer ekuitas merek entitas tadi (http://dictionary.babylon.com) Temuan Frontier Consulting Group mengenai karakter unikkonsumen Indonesia setidaknya dapat menunjukan adanya peluang brand leverage yang dilakuakan AMDK AMNU tersebut akan tercapai. Frontier menyebutkan bahwa salah satu karakter unik konsumen Indonesia adalah
cenderung relegius. Salah satu ciri khasnya adalah konsumen Indonesia suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama. Konsumen Indonesia juga lebih melibatkan faktor emosi yang berhubungan dengan agama & kepercayaan dalam pembelian produk low involvement (misal:
makanan, minuman, obat-obatan) dibandingkan dalam produk high involvement (Majalah Marketing Edisi Khusus, 1 Agustus 2007) Nama Nahdlatul Ulama’ (NU) jika dilihat sebagai sebuah brand
(merek) memang termasuk merek yang kuat. Organisasi yang berdiri tahun 1926 ini disebut sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang paling mengakar sampai ke tingkat masyarakat paling bawah. Memang belum ada data pasti tentang berapa sebenarnya jumlah para warga NU di seluruh Indonesia. Lembaga Survei Indonesia menyebutkan, 40 persen dari seluruh jumlah pemilih di Indonesia dalam pemilu adalah warga NU.
Sedangkan di Jawa timur lebih dari 40 persen jumlah pemilih warga NU (Kompas Sabtu, 15 Mei 2004) Namun apakah kekuatan nama NU tersebut juga akan meluas kepada merek AMDK AMNU yang elemen mereknya di asosiasikan dengan nama organisasi tersebut? Pertanyaan inilah yang diupayakan untuk dijawab dalam penelitian ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah aspek identitas fisik merek AMDK AMNU berupa nama merek, grafis merek, tag line, dan
byline, berpengaruh, baik secara simultan maupun parsial, terhadap ekuitas mereknya.
2. Aspek identitas merek yang mana paling dominan dalam mempengaruhi ekuitas merek AMDK AMNU tersebut.
Selengapnya terkait Contoh Skripsi Pemasaran Judul PENGARUH ASPEK FISIK IDENTITAS MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK (Penelitian pada Merek AMDK AMNU di Kota Tuban) Dari BAB I hingga BAB 5 Penutup termasuk daftar pustaka dan lampiran silahkan kunjungi di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar