CONTOH SKRIPSI PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA AHASS PT. MITRA PINASTHIKA MUSTIKA MALANG

CONTOH SKRIPSI PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA AHASS PT. MITRA PINASTHIKA MUSTIKA MALANG


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini semakin disadari bahwa kualitas jasa dan kepuasan pelanggan merupakan faktor yang paling penting untuk bertahan dalam bisnis dan memenangkan persaingan. Kepuasan pelanggan menurut
Kotler dalam Arief (2007:167) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja yang ia rasakan atau alami terhadap harapannya.
Peningkatan kualitas merupakan salah satu strategi pemasaran yang ditekankan pada pemenuhan keinginan pelanggan. Untuk menciptakan kualitas layanan yang tinggi, sebuah perusahaan/lembaga harus menawarkan layanan yang mampu diterima atau dirasakan pelanggan sesuai dengan atau melebihi apa yang diharapkan pelanggan. Semakin tinggi kualitas pelayanan yang dirasakan dibanding harapannya, pelanggan tentu akan semakin puas.
Kepuasan yang dirasakan pelanggan, akan berdampak positif bagi perusahaan (lembaga), diantaranya akan mendorong terciptanya loyalitas pelanggan dan reputasi perusahaan akan semakin positif dimata masyarakat pada umumnya dan pelanggan pada khususnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu berupaya memahami nilai-nilai yang diharapkan pelanggan dan atas dasar itu kemudian berusaha memenuhi harapan tersebut semaksimal mungkin. Menurut Tjiptono (2000:25) cara yang dapat ditempuh untuk memahami harapan pelanggan dan kebutuhan pelanggan antara lain dengan melakukan pemantauan kepuasan pelanggan (misalnya dengan observasi, survei, ghost shooping, lost customer analysis).
Perusahaan harus senantiasa berusaha mewujudkan harapan pelanggan semaksimal mungkin sehingga pelanggan tidak hanya merasa puas, tetapi sangat puas, karena menurut Kotler (2002:42), bahwa
pelanggan yang hanya merasa puas mudah untuk berubah pikiran bila mendapatkan tawaran yang lebih baik. Pelanggan yang amat puas lebih sukar mengubah pilihannya karena kepuasan yang tinggi menciptakan
kelekatan emosional terhadap merek tertentu bukan hanya kesukaan atau preferensi rasional dan hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi.
Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh memang tidak mudah, apalagi pelanggan yang dihadapi saat ini berbeda dengan pelanggan beberapa tahun lalu. Tjiptono (2000:146) mengatakan bahwa tidak realitas bila suatu perusahaan mengharapkan tidak ada pelanggan yang tidak puas. Namun tentu saja setiap perusahaan harus berusaha meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang semakin hari semakin baik. Dan pada saat yang bersamaan perusahaan perlu pula memperhatikan konsumen yang merasa tidak puas.

Menurut Parasuraman, dalam Tjiptono (2006:70) terdapat lima aspek penting yang harus diperhatikan dalam kualitas jasa pelayanan, yaitu:
1. Bukti fisik (Tangibles).
2. Keandalan (Reliability).
3. Daya tanggap (Responsiveness).
4. Jaminan (Assurance).
5. Empati (emphaty).
Salah satu usaha jasa yang berkembang di Malang saat ini adalah jasa perbaikan dan perawatan sepeda motor atau yang biasa disebut sebagai jasa bengkel. Dengan kondisi perekonomian belakangan ini yang
kurang cerah dan persaingan antar bengkel sendiri yang semakin ketat harusnya mendorong sebuah usaha bengkel untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas jasanya sebagai usaha untuk memenangkan
persaingan. 
Adapun dasar dari pemilihan AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang sebagai objek penelitian ini karena pertimbangan kondisi perusahaan tersebut khususnya pada bidang jasa perawatan dan perbaikan sepeda motor. AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang merupakan salah satu bengkel resmi untuk sepeda motor merek Honda atau biasa disebut sebagai AHASS (Astra Honda Authorised Service Station)
yang memiliki lokasi yang strategis di tengah kota yaitu di JL. Basuki Rahmat No. 71-73. Kondisi tersebut menjadikan AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang sebagai bengkel resmi Honda yang memiliki
pemakai jasa atau pelanggan yang cukup tinggi. Jumlah rata-rata pelanggan perhari sampai dengan 75 pelanggan (hasil wawancara dengan chief worksop AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang pada tanggal 21 November 2007).

AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika adalah bengkel AHASS yang terbesar di kota dan kabupaten Malang sebab PT. Mitra Pinasthika Mustika merupakan main dealer atau Agen Tunggal Pemegang Merek
(ATPM) sepeda motor Honda wilayah propinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berdiri pada tahun 1981. Perusahaan ini termasuk perusahaan berskala nasional yang mempunyai jumlah
karyawan sekitar 700 orang (www.career.ubaya.ac.id). Selain itu setiap bengkel resmi Honda (AHASS) ditunjang oleh para mekanik yang merupakan tenaga terampil dan terdidik yang telah
menjalani pelatihan mekanik tingkat I, II dan III, maupun manajemen serta menggunakan peralatan, perlengkapan teknis dan administrasi standar Astra Honda Motor, dengan demikian karyawan dapat memberi tahu konsumen bagaimana cara merawat sepeda motor Honda secara berkala yang baik dan benar agar sepeda motor Honda tetap awet, nyaman dan aman bagi pengendara (www.cdn.co.id). 
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, AHASS harus bisa memberikan kepuasan akan pelayanannya. Konsumen yang puas dan sangat puas dengan kualitas jasa yang diberikan oleh AHASS cenderung menjadi loyal dan setia untuk terus menggunakan jasa AHASS tersebut, sedangkan konsumen yang kurang puas atau tidak puas memiliki kecenderungan untuk beralih kepada perusahaan sejenis yang lain yang mampu menawarkan jasa dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, AHASS diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya, dimulai dengan mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan yang diperoleh pelanggan. Berdasarkan latar belakang diatas dan melihat betapa pentingnya kualitas jasa dalam rangka mewujudkan kepuasan pelanggan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ’’Pengaruh
Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang)’’

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel kualitas jasa yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (emphaty) terhadap tingkat kepuasan pelanggan AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel kualitas jasa yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (emphaty) terhadap tingkat kepuasan pelanggan AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang?

3. Manakah diantara variabel kualitas jasa yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (emphaty) yang mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat kepuasan pelanggan AHASS PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang? 

Selangkapnya terkait CONTOH SKRIPSI PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA AHASS PT. MITRA PINASTHIKA MUSTIKA MALANG Dari mulai BAB I hingga BAB 5 Penutup Silahkan Miliki di sini

Contoh Skripsi Akuntansi Judul Kedudukan dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Citra Bangun, Medan

Pada postingan hari ini saya akan mencoba memposting terkait Contoh Skripsi Akuntansi Judul Kedudukan dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Citra Bangun, Medan

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Alasan Pemilihan Judul - Contoh Skripsi Akuntansi

Perusahaan, baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi  ekonomi dewasa ini.  Era globalisasi akan mempertajam persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin kritis atas pemanfaatan secara optimal penggunaan berbagai sumber dana dan daya yang ada.  Sebagai  konsekuensi logis dari timbulnya persaingan yang semakin tajam, ada tiga kemungkinan yaitu mundur, bertahan atau tetap unggul dan bahkan semakin berkembang.  Agar perusahaan dapat bertahan atau bahkan berkembang diperlukan upaya penyehatan dan penyempurnaan meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi serta efektifitas pencapaian tujuan perusahaan.  Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan.  Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan (internal control).
Dalam perusahaan, pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan secara langsung oleh pemiliknya sendiri dan dapat pula melalui sistem internal control.  Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan masalah yang dihadapi perusahaan semakin kompleks, sehigga semakin sulit bagi pihak pimpinan untuk    melaksanakan   pengawasan   secara   langsung   terhadap   seluruh  aktivitas
perusahaan.    Dengan   demikian maka dirasakan perlunya bantuan manajer-manajer
yang profesional sesuai dengan bidang yang ada dalam organisasi misalnya bidang pemasaran, produksi, keuangan dan lain-lain.  Perlu adanya struktur organisasi yang memadai, yang akan menciptakan suasana kerja yang sehat karena setiap staf bisa mengetahui dengan jelas dan pasti apa wewenang dan tanggung jawabnya serta dengan siapa ia bertanggung jawab.  Selain itu, dengan bertambah besarnya perusahaan diperlukan  suatu pengawasan yang lebih baik agar perusahaan dapat dikelola secara efektif.  Salah satu sistem pengawasan yang baik adalah melalui sistem internal control.
Untuk menjaga agar sistem internal control ini benar-benar dapat dilaksanakan, maka sangat diperlukan adanya internal auditor atau bagian pemeriksaan intern.  Fungsi pemeriksaan ini merupakan upaya tindakan pencegahan, penemuan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan dan pemantauan internal control secara berkesinambungan.  Bagian ini harus membuat suatu program yang sistematis dengan mengadakan observasi langsung, pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan serta pengawasan sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya.
Agar fungsi pemeriksaan intern dapat berjalan dengan baik, maka seorang internal auditor haruslah orang yang benar-benar memahami prosedur audit yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga bagian ini harus memiliki kebebasan atau independensi yang cukup terhadap bagian yang diperiksa.
Dalam suatu perusahaan, internal auditor menilai apakah sistem pengawasan intern yang telah ditetapkan manajemen berjalan dengan baik dan efisien, apakah laporan keuangan menunjukkan posisi keuangan dan hasil usaha yang akurat serta setiap bagian benar-benar melaksanakan kebijakan sesuai dengan rencana dan  prosedur yang telah ditetapkan.  Pemeriksaan intern memberikan informasi yang tepat dan objektif untuk membantu manajemen dalam  mengambil keputusan sehingga dapat meningkatkan kemampuan manajemen dan mengurangi kemungkinan yang  dapat merugikan perusahaan.
Melihat banyaknya sumbangan yang dapat diberikan oleh internal auditor kepada manajemen, maka penulis mencoba untuk melihat pentingnya peranan internal auditor untuk membantu manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan.  Maka penulis melakukan peninjauan dan penelitian pada PT. Citra Bangun dengan judul ”Kedudukan dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Citra Bangun, Medan.”

B.     Perumusan Masalah- Contoh Skripsi Akntansi

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan setiap perusahaan pada umumnya selalu menghadapi berbagai masalah.  Adapun masalah yang  dihadapi setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada ruang lingkup kegiatan perusahaan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan pada PT. Citra Bangun, maka penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.     Apakah fungsi internal auditor pada PT. Citra Bangun dapat berperan bagi tercapainya pemeriksaan intern yang baik?
2.     Apakah kedudukan internal auditor pada perusahaan benar-benar independen sehingga dapat mencapai tujuan pemeriksaan yang objektif?
Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Akuntansi Judul Kedudukan dan Fungsi Internal Auditor Pada PT. Citra Bangun, Medan dari Mulai BAB I Hingga BAB 5 Penutup Silahkan Kunjungi di sini

Contoh Skripsi Akuntansi Judul Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Contoh Skripsi Akuntansi Judul Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Contoh Skripsi Akuntansi

Perusahaan adalah bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Murni, 2001) Perusahaan yang berorientasi pada laba akan berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya semaksimal mungkin untuk memperoleh laba demi kelangsungan hidupnya sehingga berakibat pada dampak lingkungan baik secara positif maupun secara negatif (Harahap, 1999). Contoh Skripsi Akuntansi
Perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan selalu berinteraksi dengan lingkungannya sebab lingkungan memberikan andil dan kontribusi bagi perusahaan, terjadi pergeseran tujuan perusahaan (Yuniarti, 1998). Pertama, pandangan konvensional, yaitu menggunakan laba sebagai ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang baik adalah perusahaan yang mampu memperoleh laba maksimal untuk kesejahteraan stickholder. Kedua, pandangan modern, yaitu tujuann perusahaantidak hanya mencapai laba maksimal tetapi juga kesejahteraan sosial dan lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Glueck dan Jauck (1984) bahwa tujuan perusahaan meliputi profitabilitas, efisiensi, kepuasan, dan pengembangan karyawan, tanggung jawab sosial dan hubungan baik dengan masyarakat serta kelangsungan usaha dan tujuan lainnya.
 Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat sekitar dan masyarakat pada umumnya. Keberadaan perusahaan dianggap mampu menyediakan kebutuhan masyarakat untuk konsumsi maupun penyedia lapangan pekerjaan. Perusahaan didalam lingkungan masyarakat memiliki sebuah legitimasi untuk bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya, namun lama kelamaan karena posisi perusahaan menjadi amat vital dalam kehidupan masyarakat maka dampak yang ditimbulkan juga akan menjadi sangat besar. Dampak yang muncul dalam setiap kegiatan operasional perusahaan ini dipastikan akan membawa akibat kepada lingkungan di sekitar perusahan itu menjalankan usahanya. Dampak negatif yang paling sering muncul ditemukan dalam setiap adanya penyelenggaraan operasional usaha perusahaan adalah polusi suara, limbah produksi, kesenjangan, dan lain sebagainya dan dampak semacam inilah yang dinamakan Eksternality (Harahap, 1999).
Besarnya dampak Eksternalities ini terhadap kehidupan masyarakat yang menginginkan manfaat perusahaan menyebabkan timbulnya keinginan untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh perusahaan secara tersistematis sehingga dampak negatif dari eksternalities ini tidak menjadi semakin besar. Dari hal semacam ini kemudian mengilhami sebuah pemikiran untuk mengembangkan ilmu akuntansi yang bertujuan untuk mengontrol tanggung jawab perusahaan. Adanya tuntunan ini  maka akuntansi bukan hanya merangkum informasi data keuangan antara pihak perusahaan dengan pihak ketiga namun juga mengatasi hubungan dengan lingkungan. Ilmu akuntansi yang mengatur proses pengukuran, penyajian, pengungkapan, dan pelaporan eksternalities tersebut disebut dengan Akuntansi lingkungan
Didalam dunia bisnis dikenal akuntansi yang merupakan penyedia informasi dan merupakan alat pertanggungjawaban manajemen yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Didalam akuntansi konvensional, informasi dalam laporan keuangan merupakan hasil transaksi perusahaan dari pertukarang barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi (Belkoui, 1981). Pertukaran barang antara perusahaan dan lingkungan sosialnya menjadi cenderung diabaikan akibat dari perlakukan akuntansi tersebut yang menyebabkan pengguna laporan keuangan memperoleh informasi yang kurang lengkap terutama mengenai hal hal yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pada mulanya akuntansi diartikan hanya sekedar sebagai prosedur pemrosesan data keuangan. Pengertian ini dapat ditemukan dalam Accounting Terminology Bulletin yang diterbitkan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accounting). Dalam Accounting Terminology Bulettin no.1 dinyatakan sebagai berikut:
 Accounting is the art of recording, classifying and summarizing in a significant manner and in the term of money, transaction and event which  are and part, at least of finantial character and interpreting the result there of.” (AICPA, 2000)  

Pada perkembangannya, akuntansi tidak hanya sebatas proses pertanggung jawaban keuangan namun juga mulai merambah ke wikayah pertanggung jawabab sosial lingkungan sebagai ilmu akuntansi yang relatif baru. Akuntansi lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur biaya kualitas dan jasa. Tujuan utamanya adalah dipatuhinya perundangan perlimdungan lingkungan untuk menemukan efisiensi yang mengurangi dampak dan  biaya lingkungan.
Dalam akuntansi secara umum yang terjadi adalah pengukuran dan pencatatan terhadap dampak yang timbul dari hubungan antara perusahaan dengan pelanggan atau konsumen produk namun dalam akuntansi lingkungan lebih cenderung menyoroti masalah aspek sosial atau dampak dari kegiatan secara teknis, misalnya pada saat penggunaan alat atau bahan baku perusahaan yang kemudian akan menghasilkan limbah produksi yang berbahaya. Bidang ini amat penting sebab khususnya di Indonesia saat ini terlalu banyak perusahaan baik badan usaha milik negara maupun swasta yang dalam pelaksanaan operasi usaha ini menimbulkan kerusakan ekosistem karena adanya limbah produksi perusahaan yang tentu memerlukan alokasi biaya penanganan khusus untuk hal tersebut. .
Alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses produksi dapat memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau bawahannya untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut Didalam akuntansi konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya overhead dan pada akuntansi tradisional dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan dialokasikan keproduk tertentu atau dialokasikan pada kumpulan kumpulan biaya yang menjadi biaya tertentu sehingga tidak dialokasikan keproduk secara spesifik.
Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan adalah limbah produksi. Dalam UU no. 23 tahun1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah diartikan sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan produksi, sedangkan pencemaran diartikan sebagai proses masuknya makhluk hidup atau zat, dam energi maupun komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan itu tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Limbah produksi yang dihasilkan oleh operasional perusahaan terdapat kemungkinan bahwa lembah tersebut berbahaya bagi lingkungan sehingga lembah sebagai residu operasional perusahaan memerlukan pengelolaan dan penanganan khusus oleh perusahaan agar tidak menyebabkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Sebagai sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengatasi masalahlimbah hasil operasional perusahaan adalah dengan dilakukannya pengelolaan limbah operasional perusahaan tersebut dengan cara tersistematis melalui proses yang memerlukan biaya yang khusus sehingga perusahaan melakukan pengalokasian nilai biaya tersebut dalam pencatatan keuangan perusahannya.
Akuntansi lingkungan ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mengidentifikasikan, mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran dan limbah produksi merupakan salah satu contoh dampak negatif dari operasional perusahaan yang memerlukan sistem akuntansi lingkungan sebagai kontrol terhadap tanggung jawab perusahaan sebab pengelolaan limbah yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan pengukuran, penilaian, pengungkapan dan pelaporan biaya pengelolaan limbah dari hasil kegiatan operasional perusahaan.
Perhitungan biaya dalam penanganan limbah tersebut diperlukan adanya perlakuan akuntansi yang tersistematis secara benar. Perlakuan terhadap masalah penanganan limbah hasil operasional perusahaan ini menjadi sangat penting dalam kaitannya sebagai sebuah kontrol tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya. Proses pengukuran, penilaian, pengungkapan dan penyajian informasi perhitungan biaya pengelolaan limbah tersebut merupakan masalah akuntansi yang menarik untuk dilakukan penelitian sebab selama ini belum dirumuskan secara pasti bagaimana metode pengukuran, penilaian, pengukapan, dan penyajian akuntansi lingkungan di sebuah perusahaan.
Atas dasar itulah kemudian peneliti mencoba mengangkat masalah akuntansi lingkungan tersebut dalam penelitian yang akan mengungkap penerapan akuntansi lingkungan pada sebuah perusahaan yang sangat berpotensi menghasilkan limbah produksi, yaitu limbah medis di perusahaan layanan kesehatan masyarakat.  Penelitian yang mencoba untuk mengungkapkan sistem pencatatan pengelelolaan limbah medis yang dihasilkan oleh perusahaan layanan kesehatan ini akan dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta” Contoh Skripsi Akuntansi.

B.     Batasan masalah Contoh Skripsi Akuntansi

Agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka peneliti memberikan batasan- batasan sebagai ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

    1. Subyek penelitian yang dimaksud adalah Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu perusahaan jasa yang merupakan amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah yang  bergerak dibidang pelayanan jasa kesehatan sebagai Rumah Sakit Umum.
    2. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah lingkungan dalam hal pengelolaan limbah dan sampah serta urusan sanitasi lingkungan yang berpotensi menimbulkan polutan dan gangguan lingkungan didalam wilayah operasional kegiatan usaha Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
    3. Akuntansi lingkungan yang dimaksud adalah metode pencataan , pengukuran, perhitungan pengalokasian biaya lingkungan dalam pengelolaan limbah dan serta penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan subyek penelitian.
    4. Analisis yang dilakukan pada periode akuntansi selama satu periode akuntansi yaitu tahun 2002 yang dilakukan pada unit unit usaha subyek penelitian yang terkait.
Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Akuntansi Judul Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dari BAB I hingga BAB 5 Penutup Silahkan ke sini

Contoh Skripsi Akuntansi Judul METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUAN REKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN; STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE

Kembali lagi saya akan memposting Contoh Skripsi Akuntansi Judul METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUAN REKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN; STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Contoh Skripsi Akuntansi
Dalam era dimana pertanggungjawaban merupakan titik perhatian dalam masyarakat, kegunaan akuntansi akan semakin dirasakan. Fungsi akuntansi menjadi semakin penting, karena tujuan utama akuntansi adalah
menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang dihasilkan akuntansi berbentuk laporan keuangan, dimana laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu organisasi bisnis yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Sementara itu informasi yang dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan sangat beragam, dan hingga kini selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena orientasi organisasi bisnis yang cukup berkembang, dimana pada awal perkembangannya, organisasi bisnis hanya mementingkan keuntungannya sendiri (profit-oriented), sehingga
sebuah organisasi bisnis akan melakukan apapun untuk mencapai tingkat keuntungan yang dapat dicapainya.
Setelah itu berkembanglah orientasi organisasi bisnis yang lain, hal tersebut disebabkan dengan adanya tuntutan akan etika bisnis yang lebih baik.

Sehingga organisasi tidak hanya menilai prestasinya dengan mengukur tingkat nominal laba yang dicapai, tapi lebih dari itu yakni dengan menilai hubungan organisasi bisnis dengan pihak-pihak yang terkait (stakeholder) seperti pelanggan, pemasok, investor, dan pihak yang lain. Organisasi bisnis seperti ini berarti telah memiliki orientasi yang mementingkan hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan lebih baik (stakeholders-oriented).
Selain dua orientasi organisasi bisnis di atas, berkembang pula orientasi yang lain, terutama bagi masyarakat Islam, dimana dalam menjalankan organisasi bisnis, Islam mengharuskan untuk menjalankan syariah sebagai
pedoman yang digunakan untuk berperilaku dalam segala aspek kehidupan.
Sehingga dalam menjalankan organisasi bisnis selalu menggunakan metafora “amanah” yang bisa diturunkan menjadi metafora zakat, atau realitas organisasi yang dimetaforakan dengan zakat. Ini berarti bahwa organisasi bisnis orientasinya tidak lagi profit-oriented atau stakeholders-oriented, tetapi zakat-oriented (Muhammad : 2000).

Persoalannya sekarang adalah bagaimana kaitan antara zakat dengan akuntansi. Tidak lain adalah kita seharusnya dapat menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi untuk keperluan zakat. Dimana diharapkan informasi akuntansi berguna dalam penghitungan zakat yang benar. Untuk itu diperlukan adanya penyesuaian pengukuran dan pengakuan sejumlah rekening- rekening pada laporan keuangan, karena tidak semua metode akuntansi yang biasa dipakai sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Meskipun banyak pembahasan tentang aturan syariah dalam menjalankan organisasi bisnis, tetapi kebanyakan masih dalam tatanan etika perusahaan secara global, sedikit sekali yang membahasnya dalam tingkatan praktik. Terutama dalam pembahasan akuntansi syariah, sedikit sekali yang membahas tentang praktik akuntansi syariah pada perusahaan secara umum, karena perkembangan praktik akuntansi syariah sementara ini masih tertuju
pada perbankan syariah saja, sedikit sekali yang menyentuh praktik pada organisasi bisnis yang lain.
Maka dari itu penulis mengambil judul “METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUAN REKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN; STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE”.

1.2. Ruang Lingkup Masalah Contoh Skripsi Akuntansi
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu melebar maka perlu pembatasan masalah yang difokuskan pada penerapan teori pengukuran dan pengakuan rekening-rekening laporan keuangan perusahan untuk penghitungan zakat. Pada penelitian ini akan mengambil kasus pada laporan keuangan CV Adi Komunika Enterprise, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan, yang selanjutnya akan dilakukan penyesuaian metode pengukuran dan pengakuan atas rekening laporan keuangannya guna penghitungan zakat mal perusahaan tersebut.
Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Akuntansi Judul METODE PENGUKURAN DAN PENGAKUAN REKENING-REKENING LAPORAN KEUANGAN UNTUK PENGHITUNGAN ZAKAT MAL PERUSAHAAN; STUDI KASUS CV. ADI KOMUNIKA ENTERPRISE Dari mulai BAB I Hingga BAB 5 Penutup Termasuk daftar pustaka silahkan kunjungi di sini

Contoh Skripsi Pemasaran Judul PENGARUH ASPEK FISIK IDENTITAS MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK (Penelitian pada Merek AMDK AMNU di Kota Tuban)

Kembali lagi saya akan posting Contoh Skripsi Pemasaran Judul PENGARUH ASPEK FISIK IDENTITAS MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK (Penelitian pada Merek AMDK AMNU di Kota Tuban)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di negeri ini terus mengalami perkembangan sangat pesat. Data Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menyebutkan bahwa dalam
tujuh tahun terakhir volume penjualan AMDK tumbuh di atas 10% per tahun. Kalau pada 2004 volume produksinya baru 9,1 miliar liter, pada 2006 melewati 13 miliar liter (www.warta-ekonomi.com 27 April 2007).
Hasil survie Tetra Pak Indonesia juga menyebutkan bahwa urutan pertama konsumsi minuman dalam kemasan di Indonesia adalah produk air minum dalam kemasan, yaitu 67%. Kemudian disusul produk
minuman teh siap minum (13%) lalu minuman berkarbonasi (Majalah KRONIK edisi 41 28 januari 2005).
Petumbuhan industri ini di masa mendatang diperkirakan akan semakin besar. Perkiraan ini dengan asumsi bahwa pada 30 tahunmendatang populasi akan meningkat melebihi 300 juta orang atau hampir mendekati 400 juta orang (Majalah KRONIK edisi 41 28 januari 2005).

Ditambah lagi dengan ketersediaan air minum yang layak minum dalam arti berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. (Sinar Harapan,22 maret 2003). Karena itu wajar jika kian hari kian banyak perusahaan yang memasuki industri ini. Hingga saat ini terdapat ratusan perusahaan AMDK yang tersebar di seluruh Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa kini ada lebih dari 1.400 jenis air minum dalam kemasan ada di Indonesia (www.liputan6-sctv.com).
Peluang di industri ini juga masih sangat besar dimasa mendatang. Karena sampai saat ini dari sekian banyak perusahaan AMDK tersebut, termasuk perusahan besar berskala nasional seperti PT Tirta Investama, PT Aqua Golden Mississippi, PT Tirta Sibayakindo dan PT Tang Mas, baru memenuhi 16,6% kebutuhan masyarakat akan air minum. Sehingga sebenarnya untuk perusahaan kecil, masih terdapat kesempatan untuk terus berkembang (Hari Kusumo Wijoyo, 2005: xvii) Dengan semakin banyaknya perusahan yang masuk pada industri AMDK ini, maka persaingan ketat dikalangan produsen menjadi hal yang tak terelakan. Dalam dinamika pasar yang sangat kompetitif inilah peranan merek menjadi sangat penting. Karena atribut-atribut lain seperti atribut produk, biasanya relatif mudah untuk ditiru (Rangkuti,2002:xii). Apalagi AMDK termasuk produk generik yang isi (konten) dari masing masing produk relatif sulit dibedakan, karena sama- sama berbahan dasar air putih. 
Merek yang dibangun dengan baik akan menjadi aset penting perusahaan. Dan tak jarang merek tersebut dihargai dengan nominal bsar oleh perusahaan lain. Seperti Sunkist yang menerima royalti $10,3 milyar karena namanya dipakai sejumlah produk dari perusahaan lain, seperti Sunkist Fruit Gems (Ben Myerson Candy), Sunkist Orange Soda (Cadbury Scheweppes), Sunkist vitamin C dan Sunkist Fruit Snack
(Lipton) ( Rangkuti 2004:15)

Dari sisi konsumen, kekuatan merek inilah yang menjadi indikator kemampuan bersaing suatu produk. Dan merek yang kuat juga akan memperoleh tempat istimewa dalam benak konsumen dan pada akirnya
akan mencipakan loyalitas tinggi pada merek tersebut ( Rangkuti 2004:61) Kekuatan merek ini dalam bahasa pemasaran biasa disebut ekuitas merek (Rangkuti 2004:222). Secara teoritis ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan (Susanto,2004:127). Sedangkan dari segi prilaku konsumen ekuitas merek penting untuk memberikan diferensiasi yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif berdasarkan persaingan non harga.
Dalam prespektif Keller (1991:9) Equitas Merek yang lebih dikenal dengan Costumer Based Brand Equity (CBBE) menghendaki adanya penciptaan merek yang familiar, kuat, dan mempunyai asosiasi unik. Hal tersebut dapat dilakukan melalui dua tahap. Yaitu diawali dengan pilihan identitas merek, seperti nama, logo atau simbol, dan diteruskan dengan integrasi identitas merek tersebut dalam dukungan program pemasaran
Dari keterangan tersebut kemudian dapat diketahui pentingnya aspek fisik dalam membangun ekuitas merek. Aspek identitas fisik merek berupa nama merek, grafis merek, tagline dan byline merupakan syarat utama dalam membangun ekuitas merek. Disamping itu identitas fisik merek merupakan salah satu bagian merek yang paling mudah dikenali oleh konsumen dan juga bagian merek yang pertama bersentuhan dengan benak konsumen.

Dari sudut pandang empiris, pentingnya aspek identitas fisik merek salah satunya dikemukanakan Kusationo (2001), yang dalam penelitianaya menemukan bahwa brand name sebagai salah satu elemen identitas fisik merek berpengaruh paling besar terhadap pembentukan presepsi kualitas suatu produk daripada variabel lain yang diteliti yaitu store (tempat penjualan) dan price (harga).
Penelitian mengenai aspek identitas merek yang lain dilakukan oleh Biricik (2006) yang mengemukakan bahwa desain logo sebuah produk mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi konsumen secara emosional dan sekaligus juga mempunyai andil besar dalam membangun loyalitas konsemen.
Tagline sebagai salah satu aspek identitas merek juga mempunyai kontribusi dalam membangun ekuitas merek. Karena tagline dapat memberikan gambaran kepada marketer mengenai intisari dari suatu merek. Tagline yang kuat, akan membantu suatu merek dalam meningkatkan awareness dan juga dapat memperkuat strategi positioning dari merek tersebut. Hermawan Kertajaya menyebut tagline juga sebagai positioning statement, yaitu sebuah pernyataan yang memuat dan menyarikan inti dari positioning perusahaan atau merek. Bentuk ringkas dan aplikatif dari positioning statement sesuatu yang dikenal oleh masyarakat umum dengan istilah slogan atau tagline. (Kartajaya,2002: 56) Dalam konsep Costumer Based Brand Equity (CBBE), Keller (1991) juga mengemukakan bahwa aspek identits merek merupakan syarat utama untuk membangun asosiasi merek yang kuat. Sedangan Asosiasi merek merupakan salah satu unsur penting dalam membangun ekuitas merek. Dalam Prespektif Aaker (1996) dalam Rangkuti (2004:39) maupun prespektif Keller (1993:7) asosiasi merek dipandang sebagai salah satu elemen pembangun equitas merek. Asosiasi Merek adalah segala sesuatu yang dihubungkan dengan daya ingatan konsumen terhadap suatu merek. Asosiasi Merek bisa berupa atribut produk, simbol, negara, organisasi atau bahkan selebriti yang menjadi bintang iklannya (Hermawan,2004:207).  
Dalam konteks merek industri Air minum dalam kemasan di indonesia, asosiasi yang dibangun tiap tiap produsen cukup berfariasi. Mulai dari asosiasi minuman sehat milik Aqua, Sampai asosiasi minuman dari pegunungan yang dipakai Total. Kebanyakan Asosiasi merek AMDK tersebut dibangun melalui pogram komunikasi pemasaran yang gencar, seperti iklan di berbagia media dan program pemasaran langsung lain.
Penelitian ini dilakukan terhadap salah satu merek AMDK di kota Tuban. Merek AMDK ini dipandang menarik untuk diteliti karena merek ini mengambil jalan berbeda untuk membangun mereknya. Tidak seperti
merek AMDK lain yang menjadikan atribut produknya sebagai acuan asosiasi, AMDK merek AMNU ini justru memilih mengarahkan asosiasi mereknya pada salah satu ormas Islam terbesar di negeri ini, Nahdlatul
Ulama’ (NU).
Pembangunan asosiasi ini juga tidak dilakuakn seperti halnya merek AMDK kebanyakan, yang mengandalkan komunikasi pemasaran, melainkan dengan cara mengelola elemen-elemen fisik mereknya. Seperti nama merek, logo, tag line dan penyajian grafis lainya. Langkah ini, dalam Monash Marketing Dictionary disebut sebagai sebuah upaya Brand leverage. Yaitu satu kegiatan dari suatu merek yang
mengaitkan dirinya (merek) dengan entitas diluar merek tersebut dan mentransfer beberapa asosiasi dari entitas tersebut ke merek yang bersangkutan. Dengan demikian merek tersebut “meminjam” asosiasi entitas yang akan ditarik tersebut dan diharapkan bisa mentransfer ekuitas merek entitas tadi (http://dictionary.babylon.com) Temuan Frontier Consulting Group mengenai karakter unikkonsumen Indonesia setidaknya dapat menunjukan adanya peluang brand leverage yang dilakuakan AMDK AMNU tersebut akan tercapai. Frontier menyebutkan bahwa salah satu karakter unik konsumen Indonesia adalah
cenderung relegius. Salah satu ciri khasnya adalah konsumen Indonesia suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama. Konsumen Indonesia juga lebih melibatkan faktor emosi yang berhubungan dengan agama & kepercayaan dalam pembelian produk low involvement (misal:
makanan, minuman, obat-obatan) dibandingkan dalam produk high involvement (Majalah Marketing Edisi Khusus, 1 Agustus 2007) Nama Nahdlatul Ulama’ (NU) jika dilihat sebagai sebuah brand
(merek) memang termasuk merek yang kuat. Organisasi yang berdiri tahun 1926 ini disebut sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang paling mengakar sampai ke tingkat masyarakat paling bawah. Memang belum ada data pasti tentang berapa sebenarnya jumlah para warga NU di seluruh Indonesia. Lembaga Survei Indonesia menyebutkan, 40 persen dari seluruh jumlah pemilih di Indonesia dalam pemilu adalah warga NU.

Sedangkan di Jawa timur lebih dari 40 persen jumlah pemilih warga NU (Kompas Sabtu, 15 Mei 2004) Namun apakah kekuatan nama NU tersebut juga akan meluas kepada merek AMDK AMNU yang elemen mereknya di asosiasikan dengan nama organisasi tersebut? Pertanyaan inilah yang diupayakan untuk dijawab dalam penelitian ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah aspek identitas fisik merek AMDK AMNU berupa nama merek, grafis merek, tag line, dan
byline, berpengaruh, baik secara simultan maupun parsial, terhadap ekuitas mereknya.
2. Aspek identitas merek yang mana paling dominan dalam mempengaruhi ekuitas merek AMDK AMNU tersebut.

Selengapnya terkait Contoh Skripsi Pemasaran Judul PENGARUH ASPEK FISIK IDENTITAS MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK (Penelitian pada Merek AMDK AMNU di Kota Tuban) Dari BAB I hingga BAB 5 Penutup termasuk daftar pustaka dan lampiran silahkan kunjungi di sini

Contoh Skripsi Manajemen SDM Judul PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN (Pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang)

Contoh Skripsi Manajemen SDM Judul PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN (Pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang)

PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang Masalah

Selama beberapa puluh tahun terakhir ini terdapat banyak perubahan dalam struktur masyarakat, masyarakat yang semula terdiri dari perorangan atau bekerja untuk mereka sendiri. Kini terdiri dari
berbagai macam organisasi perusahaan seperti:
pabrik-pabrik, departemen pemerintahan, hotel-hotel, bank-bank, koperasi-koperasi dan lain sebagainya. Banyaknya perusahaan-perusahanan yang bermunculan menyebabkan terjadinya persaingan antar perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Persaingan ini terjadi karena banyaknya pilihan konsumen untuk menentukan produk atau jasa dari perusahaan mana yang akan mereka pakai dan mampu memberikan kepuasan bagi konsumen. Seperti yang diutarakan Kotler (1999:298) ”Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan
harapan pembeli”. Jadi kepuasan pelanggan adalah elemen yang paling direspon pelanggan dalam tahap evaluasi ketidak sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya.

Oleh karena kebutuhan itulah perusahaan harus menciptakan, memberikan inovasi baru atau pun meningkatkan kualitas produk atau jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan agar konsumen tetap
menggunakan produk atau jasa tersebut, karena jika tidak sesuai dengan harapan, lambat laun konsumen akan beralih ke produk atau jasa lain yang dirasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Bila itu terjadi, maka perusahaan sedikit demi sedikit akan kehilangan konsumen (terutama pelanggan) dan pemasukan perusahaan pun akan semakin berkurang, sehingga dapat menyebabkan perusahaan tidak mampu untuk terus berproduksi disebabkan keterbatasan dana.

Dalam hal ini peran kepemimpinan dalam perusahaan sangat penting, dimana kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Seperti yang diungkapkan
Mufarrihah dalam Said (2007:283) ”Kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias dalam mencapai tujuan”. Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi
anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi konfrom dengan keinginan pemimpin. dengan demikian terdapat kesukarelaan bawahan terhadap pemimpin, khususnya dalam usaha mencapai tujuan bersama dan juga pada proses pemecahan masalah yang harus dihadapi secara bersama tanpa adanya pemaksaan, pendesakan, penekanan, atau pun ancaman. Jadi kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu- individu yang dipimpin.
Selain kepemimpinan, karyawan sebagai bawahan adalah sumber daya manusia yang tidak kalah pentingnya dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan karena karyawanlah yang menggerakan maju mundurnya suatu perusahaan. Seperti yang dikatakan Hasibuan (2002:27)
”Karyawan adalah aset perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi”. 
Saat ini daya saing sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimiliki dan juga berhasil tidaknya suatu perusahaan tergantung dari karyawan atau personil yang ada dalam perusahaan tersebut. Jadi kualitas dan kuantitas karyawan harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, supaya efektif dan efesien menujang tercapainya tujuan (Hasibuan, 2002:27). Pada hakikatnya karyawan sebagai bawahanlah yang dapat menciptakan atau mengkreasikan pengetahuan yang bermuara kepada munculnya inovasi-inovasi tinggi sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen.
Namun perlu disadari bahwa kemampuan karyawan untuk mengkreasikan pengetahuan tidak dengan serta merta dapat dengan mudah tercipta mana kala mereka tidak diberi kondisi yang dapat  mendukung aktivitas mereka. Dan apabila perusahaan kurang berhati- hati dalam menanganinya akan menimbulkan dampak yang dapat menganggu kelancaran produksi, salah satunya yang dapat mendorong kayawan beraktivitas dan mengkreasikan pengetahuan adalah semangat kerja. Seperti ungkapkan Siswanto (2005:282) ”Semangat kerja adalah suatu kondisi rohaniah, atau perilaku individu tenaga kerja dalam kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan dalam diri tenaga
kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan perusahaan”.

Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul adalah salah satu koperasi yang mengalami kemajuan yang sangat besar dengan anggota dan karyawannya mampu menggerakan perputaran ekonomi tidak kurang dari 20 milyar pertahun. Hal ini tidak secara langsung menjadikan koperasi ini sukses, dimana faktor kepemimpinan manajer (KAN) Jabung lah yang mampu menumbuhkan semangat dalam diri bawahan untuk bekerja sama sehingga dapat tercapainya tujuan bersama (KAN Jabung 2008).

Pada saat ini koperasi-koperasi baru bermunculan memberikan banyak sekali, baik pilihan maupun inovasi-inovasi baru yang dapat menjadi pesaing bagi koperasi Argo Niaga Jaya Abadi Unggul sendiri. Dan untuk dapat terus mempertahan kesuksesan tersebut perlu dijaga serta dipertahankannya kesinambungan yang ada antara pimpinan (Manajer) dan bawahan, dimana dengan adanya kesinambungan tersebut maka tercipta kepemimpinan yang berpengaruh terhadap peningkatan
semangat kerja karyawan. Adanya semangat kerja karyawan dapat membawa kemajuan dan kemunduran koperasi, karena terdapat kecendrungan hubungan langsung antara produktivitas dengan semangat kerja, seperti yang diutarakan Kossen (1983:227) ”Apabila semangat tinggi maka  produktivitas tinggi sebaliknya apabila semangat buruk maka produktivitas akan menurun”. Oleh sebab itu penting adanya pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang berfungsi sebagai pemandu, menuntun, membimbing membangun serta memberi semangat dalam menjalankan tugas sehingga bawahan dapat melaksanakan tanpa beban dan hasil yang diinginkan dapat dicapai secara lebih efesien dan efektif. 
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengangkat permasalahan tersebut dalam penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Peningkatan Semangat Kerja Karyawan pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas beberapa permasalah pokok yang dapat dirumuskan adalah
1. Apakah gaya kepemimpinan situasional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap peningkatan semangat kerja karyawan pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung
Malang.
2. Apakah gaya kepemimpinan situasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap peningkatan semangat kerja pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang.
3. Variabel gayakepemimpinan situasional manakah yang berpengaruh dominan terhadap peningkatan semangat kerja pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang.

Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Manajemen SDM Judul PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP PENINGKATAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN (Pada Koperasi Argo Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul Jabung Malang) SIlahkan kunjungi di sini

Contoh Skripsi EKonomi Keuangan Judul EVALUASI PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BPRS BUMI RINJANI BATU

Contoh Skripsi EKonomi Keuangan Judul EVALUASI PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BPRS BUMI RINJANI BATU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara adalah adanya dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula dengan negara Indonesia. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri
terdiri dari tiga unsur, yakni sistem moneter, sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank.
Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syari’ah. Bank syari’ah menjadi pedoman utama lembaga keuangan. Semua transaksi
yang dilakukan oleh orang muslim haruslah berdasarkan prinsip rela sama rela, dan tidak boleh ada pihak yang menzalimi atau yang di zalimi.

Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang ekonomi dan bisnis, termasuk dalam praktik perbankan. Allah berfirman dalam surat an-nisa’ ayat 29 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS: An-Nisa’29)

Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh sebab itu peranan perbankan dalam suatu negara sangat penting. Tidak ada suatu negarapun yang hidup tanpa memanfaatkan lembaga keuangan
(Siamat, 1999: 47).

Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang
membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif.

Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syari’ah. Bank yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan operasionalnya
menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank yang bersifat syari’ah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syari’ah Islam. Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (UU, No 10,1998)
Perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1 November 1991. Pada mulanya perbankan syari’ah belum mendapat perhatian yang optimal dari pemerintah, hal ini terlihat pada Undang-Undang No 7 tahun 1992 yang belum menjelaskan adanya landasan hukum operasional perbankan syari’ah. Namun, setelah adanya undang-undang baru yaitu Undang-
Undang No 10 tahun 1998 maka bank syari’ah telah memiliki landasan hukum yang lebih kuat serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan oleh bank syari’ah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan
bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syari’ah ataupun mengkonversi secara total menjadi bank syari’ah. Dengan diakuinya dua sistem perbankan yaitu perbankan sistem bagi hasil dan sistem
konvensional, maka bank syari’ah semakin berkembang dan mulai dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Menurut Antonio (1999), Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syari’ah. Bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syari’ah antara lain adalah: murabahah yaitu prinsip jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, salam yaitu pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayarannya dilakukan di muka, istishna’ yaitu pembelian barang yang dilakukan dengan kontrak penjualan yang disepakati, ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melelui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri, mudharabah yaitu akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan modal 100% sedangkan pihak lain menjadi pengelola, musyarakah yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan,
kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh bank (penanggung) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (pihak yang ditanggung), hawalah yaitu pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya, dan qardh yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih dan diminta kembali.

Dalam menjalankan prinsip syari’ahnya, bank syari’ah juga harus menjunjung nilai-nilai keadilan, amanah, kemitraan, transparansi dan saling menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah yang merupakan pilar dalam melakukan aktivitas muamalah. Oleh karena itu, produk layanan perbankan harus disediakan untuk mampu memberikan nilai tambah dalam meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

PT BRRS Bumi Rinjani Batu memberikan pelayanan pembiayaan murabahah, yang berupa pembiayaan investasi, dan pembiayaan modal kerja. PT BRRS Bumi Rinjani Batu memberikan bantuan pembiayaan
dalam bentuk pembayaran secara kredit/cicilan dan mempunyai beberapa sistem, prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon debitur. PT BRRS Bumi Rinjani Batu sejak didirikan pada 05 Oktober 2001
sampai sekarang menunjukkan kinerja yang terus mengalami peningkatan. Dari keseluruhan pembiayaan yang ada di PT BRRS Bumi Rinjani Batu, pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang
paling banyak nasabahnya. Tingkat pembiayaan yang semakin tinggi pada suatu bank juga diiringi dengan adanya risiko kredit yang besar pula. Risiko kredit ini harus diminimalisir agar bank dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Salah satu cara untuk meminimalisir risiko kredit adalah dengan pengadaan suatu pengendalian yang terdiri dari beberapa kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk menjalankan fungsi
pengelolaan pembiayaan secara aman menjalankan fungsi pengelolaan pembiayaan secara aman, obyektif dan sesuai dengan ketentuan perbankan syariah yang berlaku.
Dengan latar belakang tersebut, peneliti memilih judul: ”EVALUASI PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BPRS BUMI RINJANI BATU”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan pembiayaan murabahah pada PT BRRS Bumi Rinjani Batu?
2. Apa kendala pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh PT BRRSBumi Rinjani Batu?

Selengkapnya terkait Contoh Skripsi EKonomi Keuangan Judul EVALUASI PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT BPRS BUMI RINJANI BATU Dari BAB I hingga bab 5 Penutup Silahkan kunjungi disini

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...