Contoh Skripsi Manajemen SDM Judul : PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 CABANG PASURUAN KOTA

Assalamualaikum, kembali lagi saya akan memposting Contoh Skripsi Manajemen SDM kali ini berjudul : PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 CABANG PASURUAN KOTA, dari koleksi folder komputer saya.

BAB I
LATAR BELAKANG Contoh Skripsi Manajemen SDM
A. LATAR BELAKANG
Perusahaan sebagai organisasi bisnis, agar tetap bertahan dan mampu bersaing dengan kompetitor perlu melakukan upaya untuk mengelola sumber daya yang dimiliki terutama sumber daya manusia yang sampai saat ini masih menjadi penentu keberhasilan perusahaan.
Faktor manusia sangat berperan dalam pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia. Melihat manusia sebagai komponen paling esensial dalam setiap langkah organisasi, maka sepatutnya apabila manajemen perusahaan memberikan pembinaan dan dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja karyawan. Penemuan baru dalam bidang teknologi yang cenderung mengambil alih peran sumber daya manusia dengan mesin yang serba otomatis yang bisa menyingkirkan tenaga manusia sebagai operator atau pengendali. Upaya pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan akan sangat bergantung pada berperannya pimpinan. Pimpinan mempunyai peranan penting karena besarnya tanggung jawab dalam memimpin dan menjamin kelancaran tugas para karyawan. Pimpinan dan karyawan sebagai sumber daya manusia dalam organisasi² ?gat menentukan keberhasilan suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan. Contoh Skripsi Manajemen SDM

Tenaga kerja merupakan asset bagi sebuah perusahaan. Organisasi sebagai bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang bekaerja sama perlu meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya mencapai tujuannya.
Peningkatan kinerja karyawan akan berdampak pada pencapaian efektivitas dan evisiensi organisasi.
Produktivitas kerja karyawan AJB Bumiputera 1912 cabang Pasuruan Kota semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaan tepat pada waktunya, tingkat absensi karyawan per bulan yang dulunya mempunyai absensi rata- rata 3-4 kali perbulan per karyawan menjadi 1-2 kali perbulan per karyawan, dan ketepatan waktu karyawan dalam masuk kerja.

AJB Bumiputera 1912 kantor Cabang Pasuruan Kota perlu lebih meningkatkan produktivitas kerja karyawannya, apalagi sebagai salah satu asuransi, kompensasi bagi karyawan biasanya berdasarkan kepangkatan dan senioritas dalam bentuk bonus, insentif dan penghargaan kepada karyawan
yang berprestasi. Pengalaman kerja karyawan yang rata- rata 20 tahunan lebih menjadi modal awal peningkatan kinerja perusahaan. "Contoh Skripsi Manajemen SDM" AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa nasional milik
bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Didirikan di Magelang pada tangal 12 februari 1912 atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng. Dwidjosewojo- sekretaris persatuan guru hindia belanda (PGHB) gagasan pendirian perusahaan asuransi ini karena didorong oleh keperihatinan yang mendalam terhadap nasib para guru bumi putera. Dalam pendirian tersebut M. Ng. Dwidjosewojo dibantu bersama dua orang guru lainnya yaitu MKH Soebroto dan M. Adimijdojo.Alasan didirikan AJB Bumiputera
1912 Pasuruan ini atau anak cabang karena untuk mempermudah layanan di berbagai kecamatan.

Letak perusahaan berarti dimana perusahaan melakukan aktivitasnya sehari- hari sedangkan letak perusahaan ini menentukan masa depan perusahaan. Adapun letak AJB Bumiputera 1912 adalah di jl. Panglima Sudirman no. 31 Pasuruan. AJB Bumiputera 1912 kantor Cabang Pasuruan Kota dipimpin oleh
seorang kepala cabang yang membawahi Administratur dan beberapa Supervisor dan Agen. Perusahaan ini dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan, salah satunya adalah penerapan gaya kepemimpinan. AJB Bumiputera 1912 sebagai asuransi jiwa pertama dan tertua yang sebelumnya menerapkan gaya kepemimpinan yang menghendaki pimpinan lebih dominan dalam mempengaruhi atau menentukan perilaku karyawan. Seiring dengan perkembangan zaman, gaya kepemimpinan yang telah
mengalami perubahan yaitu pimpinan lebih menghargai dan terbuka terhadap masukan yang diberikan karyawan sehingga kerja sama yang berlangsung secara timbal balik.

Tidak seperti perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang kepemilikanya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendirianya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan penguasaan yang unik,
yakni bentuk badan usaha mutual atau usaha bersama. Upaya pimpinan dalam meningkatkan kinerja karyawan ini tidak terlepas dari adanya komunikasi. Komunikasi merupakan faktor penting kehidupan suatu organisasi baik organisasi yang dilakukan oleh pimpinan terhadap karyawan maupun komunikasi yang dilakukan oleh karyawan itu sendiri. Peran pimpinan dalam mengerakkan sumber daya yang ada sangat
menentukan terhadap sukses tidaknya organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelah melakukan wawancara dengan pimpinan dan dikuatkan peneliti dengan mengadakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) selama 40 hari di AJB Bumiputera 1912 Cabang Pasuruan Kota, peneliti menyimpulkan bahwa pimpinan AJB Bumiputera 1912 Cabang Pasuruan Kota dalam berkomunikasi dengan karyawan menggunakan komunikasi persuasif.

Tujuan memilih teknik ini adalah memperoleh efek yang langsung atau tahanlama sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi persuasifdisini lebih mengarah pada kegiatan psikologis, suatu teknik komunikasi yang memiliki aspek-aspek manusiawi. Beberapa teknik dalam komunikasi persuasif yang dikemukakan oleh Effendy (1992: 22) yaitu: Pertama, Teknik Integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Kedua, Pay-Off Idea adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming- ngiming hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan
harapan. Ketiga, Iching Device yaitu menata pesan komunikasi dengan himbauan emosional sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi lebih tertarik.

Contoh Skripsi Manajemen SDM- Adanya komunikasi persuasif yang diterapkan di AJB Bumiputera 1912 Pasuruan ini mempererat hubungan pimpinan dan karyawan yang secara tidak langsung akan mampu meningkatkan kinerja karyawan. Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Pengaruh Komunikasi Persuasif Terhadap Kinerja Karyawan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Cabang Pasuruan Kota
karena didalam suatu perusahaan, komunikasi itu sangat penting. Seperti yang dijelaskan oleh Lindgren (dalam Effendy, 2001: 17) yang menyatakan bahwa Effective Leadership Means Effective Communication . Seorang pimpinan harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif jika ingin melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Seorang pimpinan berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Suasana seperti itu diharapkan dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Alasan peneliti memilih obyek di AJB Bumiputera 1912 Cabang Pasuruan Kota, yang pertama adalah karena AJB Bumiputera 1912 merupakan asuransi pertama dan tertua yang ada di Indonesia. Alasan kedua yaitu dari penelitian awal memang terdapat komunikasi persuasif di lingkungan AJB Bumiputera 1912 Cabang Pasuruan Kota oleh pimpinan terhadap bawahan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang ini, serta untuk mengetahui ssecara lebih lanjut tentang komunikasi dan juga kinerja karyawan, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah teknik Integrasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 cabang Pasuruan kota?
2. Apakah teknik Pay off Idea berpengaruh secara parsial terhadap kinerja karyawan AJB BUMIPUTERA 1912 cabang Pasukruan kota?

Selengkapnya terkait Contoh Skripsi Manajemen SDM Judul : PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 CABANG PASURUAN KOTA dari BAB I hingga BAB 5 Penutup termasuk daftar pustakan dan lampiran silahkan cek di sini 

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL ANALISIS AKSIBILITAS KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Studi pada Pasar Tradisional Wonokromo dan DTC/Darmo Trade Center Surabaya)

Kembali lagi saya akan posting di blog ini soalnya udah beberapa hari ini ndak posting, Kali ini saya akan memposting terait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS AKSIBILITAS KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Studi pada Pasar Tradisional Wonokromo dan  DTC/Darmo Trade Center Surabaya), dari koleksi skripsi yang ada di folder komputer saya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Contoh Skripsi Manajemen Pemasaran
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini, banyak sekali perdebatan mengenai pasar tradisional melawan pasar modern. Segalanya bermula ketika banyak pedagang pasar tradisional yang “ngandang” alias gulung tikar diakibatkan oleh menjamurnya pasar - pasar modern. Banyak pendapat dan pandangan para ahli digulirkan. Peraturan presiden yang mengatur tentang hal ini pun juga telah dikeluarkan. Yaitu peraturan presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, serta toko modern (biasa disebut perpres pasar modern), akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007 lalu. Dan dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 tentang perpasaran swasta, sudah diatur bahwa jarak antara pasar tradisional dan modern minimal 2,5 kilometer. Sementara itu, pada kenyataannya, hampir setiap 500 meter di wilayah pinggiran kota, kita akan sangat mudah menemukan pasar modern dan supermarket kecil-kecilan. Akan tetapi bukan bararti masalah ini bisa sepenuhnya bisa teratasi.
Seiring dengan perkembangan waktu, adanya modernisasi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, banyak masyarakat Surabaya yang berbelanja di pasar modern (supermarket/hypermart) dan mulai enggan berbelanja di pasar tradisional (kecuali untuk produk-produk yang tidak ada di supermarket/hypermart). Tidak sedikit konsumen yang merubah perilaku belanjanya dari pasar tradisional pindah, coba-coba (trial), dan cari alternatif (switching) ke pasar modern. Hal ini wajar karena kondisi pasar tradisional selalu identik dengan becek, semerawut, kurang nyaman. Kelemahan dari pasar tradisional inilah yang menjadi daya jual bagi pasar modern. Seperti hal nya pada Darmo Trade Center (DTC) yang menyediakan tempat yang nyaman, teratur, bergengsi, ber-AC, aman, bersih, dan pembeli bisa memilih barang dengan leluasa.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
(Whidya utami, Christina, 2008: 48) menyebutkan faktor-faktor yang menjadi penentu keputusan pada seseorang datangnya tidak hanya dari pengaruh eksternal yang meliputi pengaruh keluarga, kelompok yang dijadikan acuan, dan budaya saja, akan tetapi juga juga dipengaruhi oleh faktor internal konsumen yaitu pengaruh pribadi dan pengaruh psikologis konsumen. Pengaruh pribadi meliputi usia, tahap siklus hidup, pekerjaan, lingkungan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri. Sedangkan pengaruh psikologis meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran serta keyakinan. Dan yang terakhir adalah faktor stimulus yang berupa strategi bauran eceran (retail mix) yang meliputi produk, harga, promosi, lokasi, personalia, dan presentasi.
Secara umum pengertian pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli (www.id.wikipedia.org). Pengkategorian pasar tradisional dan pasar modern sebenarnya baru muncul belakangan ini ketika mulai bermunculannya pasar swalayan, supermarket, hypermarket dsb.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sedangkan Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org).
Kotler dan Amstrong (2001:61) mendifinisikan retailing sebagai semua kegiatan yang dilibatkan dalam penjualan barang atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau non bisnis. Maka, bisnis retail dapat diartikan sebagai kegiatan pasar yang merancang untuk memberikan kepuasan pada konsumen pemakai dan mempertahankan para pelanggan melalui program peningkatan kualitas berkelanjutan.
Dimensi-dimensi inilah yang mendasari perilaku konsumen. Hingga proses pemilihan produk, kompleksitas faktor-faktor tersebut harus benar-benar dipahami oleh pemasar yang dalam hal ini adalah pasar tradisional Wonokromo dan Darmo Trade Center (DTC) Surabaya, agar dapat mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen, sehingga pihak pemasar dapat menentukan strategi yang tepat untuk mendapatkan dan mempertahankan pangsa pasar masing-masing.
Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen. Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada tiap-tiap orang mempunyai perilaku pembelian orang tersebut. (Kotler, Amstrong. 2003:214). “Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang membedakan seseorang yang menghasilkan tanggapan secara konsisten dan terus-menerus terhadap lingkungannya.” Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti kapercayaan diri, dominasi, kemampuan beradaptasi, dan agresifitas.
Hal ini tidak terlepas dari pola perilaku belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit berubah yang perlu direspons secara aktif oleh peritel untuk dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya. Dalam hal ini pelanggan sangat memperhatikan hal-hal yang terkait dengan nilai tambah terhadap kenyamanan mereka dalam melakukan aktivitas belanja mengingat berubahnya pandangan bahwa belanja adalah merupakan aktivitas rekreasi, maupun pemenuhan keanekaragaman kebutuhan mereka dalam satu lokasi (one stop shopping).
Akan tetapi merosotnya eksistensi pasar tradisional bukan sepenuhnya akibat adanya pasar modern. Karena pada kenyataannya  menurunnya omset pasar tradisional juga dipengaruhi oleh perubahan selera konsumen (masyarakat). Sehingga salah satu cara agar pasar tradisional tetap bertahan, perlu pembenahan atau revitalisasi dibeberapa aspek yang meliputi, sarana dan prasarana, pelayanan, dan lain-lain.
Peneliti memilih lokasi di daerah Wonokromo Surabaya karna pertimbangan latar belakang dan pendapatan masyarakat yang beragam dari masyarakat yang notabene perekonomiannya kelas bawah, menengah dan atas. Sehingga memicu beragamnya tingkat konsumsi, kebiasaan atau perilaku belanja, dan beragamnya keputusan mereka dalam memilih atau menentukan jasa pasar yang akan mereka pilih. Dan dari sana pula akan tergambar jelas aksibilitas konsumen yang akan sangat berbeda antara konsumen pasar tradisional dan konsumen pasar modern. Dengan latar belakang inilah peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Aksibilitas Konsumen pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern” (Studi pada Pasar Tradisional Wonokromo dan DTC Surabaya).

1.2.  Rumusan Masalah Contoh Skripsi Manajemen Pemasaran
Berdasarkan latar belakang di atas, keberadaan pasar tradisional dan pasar modern yang dijadikan sebagai mediasi oleh masyarakat untuk mengadakan pertukaran (membeli dan menjual) sangat urgen adanya. Oleh karena itu dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:
1.         Bagaimana faktor pribadi dan faktor-faktor retail mix secara bersama-sama dipertimbangkan konsumen dalam memilih tempat belanja antara pasar tradisional dan pasar modern?

2.         Apakah ada perbedaan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam memilih tempat belanja antara pasar tradisional dan pasar modern?
Selengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL ANALISIS AKSIBILITAS KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Studi pada Pasar Tradisional Wonokromo dan  DTC/Darmo Trade Center Surabaya), Dari mulai BAB I Hingga bab 5 Penutup termasuk daftar pustaka dan lampiran silahkan Masuk di sini

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS PENGARUH REKOMENDASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (Studi pada AHASS 0003 Malang Honda Center PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang)

Kali ini kembali lagi saya akan mencoba memposting koleksi skrispsi dari folder laptop saya terkati CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS PENGARUH REKOMENDASI TERHADAP  LOYALITAS KONSUMEN (Studi pada AHASS 0003 Malang Honda Center  PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang)

BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
            Transportasi memegang peranan yang penting dalam kehidupan setiap orang. Transportasi yang praktis, irit, dan aman atau safety adalah keinginan setiap orang pada saat ini. Dimana setiap orang ingin dapat sampai ke tempat tujuannya dengan tepat dan aman, tanpa terjebak dengan kemacetan lalu lintas. Untuk memenuhi keinginan tersebut setiap orang menggunakan sarana transportasi sepeda motor. Akibatnya tidak heran kalau jumlah penjualan sepeda motor dari tahun ke tahun terus meningkat.     
Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial bagi penjualan sepeda motor. Sehingga Indonesia menjadi sasaran pusat produksi dan pemasaran sepeda motor, apalagi hampir semua komponen sepeda motor sudah bisa diproduksi sendiri. Setiap tiga detik, kini sudah bisa dihasilkan sebuah sepeda motor. Merek-merek motor ternama sudah memiliki pabrik di Indonesia (Gunawan dalam Kompas, 13 November 2006).

 
Sehingga persaingan dari merek Honda dengan yang lain, mengharuskan Honda untuk melakukan diversifikasi produknya, yang salah satunya berupa basis layanan purna jual (H1, yaitu program garansi,

info AHASS, dan ketersediaan spare part). Hal ini bertujuan selain meningkatakan aspek bisnis, juga untuk melakukan layanan purna jual yang diharapkan berdampak pada aspek loyalitas.
            Di dalam layanan purna jual tersebut dilaksanakan pula pemberian informasi tentang hak konsumen mengenai garansi sepeda motor Honda untuk mesin selama tiga tahun dan peraturan-peraturan yang lain serta informasi tentang lokasi-lokasi pelayanan service  di AHASS yang tersebar di seluruh Indonesia, yang dikemas dalam bentuk kampanye pemasaran. Perusahaan memanfaatkan orang lain yaitu para pemasar jaringan yang bergabung sebagai anggota, untuk berbicara tentang kelebihan, manfaat, serta kebaikan produk dan jasa yang dipasarkan (Legawa, 2005: 22). Rekomendasi itu diberikan agar konsumen merasa diperhatikan yang akhirnya diharapkan loyal terhadap perusahaan.
            Rekomendasi merupakan proses rasional dimana para analis memproduksi informasi dan argumen-argumen yang beralasan tentang solusi-solusi yang potensial (kuat) dari masalah-masalah publik (Anharudin, dalam www.nakertrans.go.id). Rekomendasi juga dilakukan antar sesama pelanggan. Pelanggan seringkali terlibat dalam penyampaian jasa dan kemudian menginformasikan kepada pelanggan potensial lain tentang pengalaman mereka (Payne, 1993: 201). Hal ini dapat kita lihat ketika seorang akan mencari dokter, hotel, rumah sakit, pengacara, konsultan manajemen, agen asuransi, arsitek dan sebagainya.
            Mereka atau pelanggan ini akan dengan senang hati memberikan usulan mengenai penyedia jasa dan memang beberapa bisnis khususnya dimantapkan untuk menawarkan jasa semacam itu. Disamping itu rekomendasi independen dari para pelanggan tentang produk, jasa, dan citra suatu perusahaan lebih dipercaya oleh para calon pembeli atau para calon anggota baru bila dibandingkan dengan rekomendasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan (Legawa, 2005: 30). Payne (1993: 201) juga mengatakan hal yang serupa bahwa apabila orang menjadi penyampai jasa, rekomendasi personal seringkali merupakan sumber informasi yang disukai. Sebab, sifat manusia yang suka mencari informasi dan kemudian membaginya kepada orang lain. Disamping itu apabila orang menjadi penyampai jasa, rekomendasi personal seringkali merupakan sumber informasi yang disukai.
            Tahun 2006 minyak goreng Bimoli memperoleh peringkat pertama dalam Indonesian Customer Loyality Index (ICLI) pada kategori produk minyak goreng kemasan (branded), dengan mendapat nilai tertinggi loyalty index 86,5 dan referral (seberapa besar upaya konsumen merekomendasikan merek produk yang digunakan kepada orang lain) index 52,6. Dengan prestasi ini, pangsa pasar Bimoli mencapai 40,2% dengan mengacu pada data lembaga riset MARS 2005 (Rahayu dan Mohammad dalam SWA 06/XXII, 23 Maret - 5 April 2006).
            Dari fakta di atas dapat diketahui bahwa peran rekomendasi penting dan berpengaruh terhadap peningkatan loyalitas konsumen. Dunn (2003: 429) memberikan kriteria untuk membuat rekomendasi kebijakan. Kriteria tersebut terdiri dari enam tipe utama yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan kelayakan.  
Efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang diharapkan (Nugroho D, 2007: 24).  Suatu alternatif rekomendasi harus dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Oleh sebab itu rekomendasi harus dikelola secara efektif. Jika rekomendasi efektif maka kontribusinya akan semakin besar dan semakin efektif pula program atau kegiatan perusahaan, yang akhirnya tujuan akan tercapai (spending wisely) (Mahmudi, 2005: 92). Efektivitas dapat dilihat dari layanan suatu perusahaan yang dilakukan para pekerjanya (Simatupang dan Akib, 2007: 37), yaitu dalam hal kemampuan pekerja, kecepatan dalam memberikan pelayanan, dan kelengkapan peralatan yang digunakan.
Efisiensi terkait dengan hubungan antara output  berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut (Mahmudi, 2005: 91). Rekomendasi sebagai salah satu sumber daya perusahaan dapat dikatakan efisien apabila mempu menghasilkan output tertentu dengan input (berupa biaya standar yang dikeluarkan) serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well) (Mahmudi, 2005: 91). Efisiensi dapat ditunjukkan melalui bagaimana kinerja perusahaan dalam memberikan pelayanannya (www.damandiri.or.id) dan (Laurensius, 2005: 45), yaitu mengenai biaya administrasi, waktu dalam proses penyelesaian pekerjaan dan kondisi hasil barang yang telah diperbaiki.
Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah  (Nugroho D, 2007: 25). Rekomendasi yang dilakukan dalam suatu layanan harus sesuai dengan kebutuhan, nilai atau kesempatan, agar dapat memenuhi kriteria kecukupannya. Sehingga rekomendasi dapat memaksimalkan layanan yang diberikan dan meminimalkan tingkat kesalahan yang terjadi. Pemenuhan  kebutuhan konsumen akan kualitas jasa yang diberikan perusahaan (Mahmudi, 2005: 29), dapat dilihat melalui bagaimana kemudahan dalam penggunaan atau pengaksesan jasa, kebersihan dan kerapian jasa yang diberikan dan ketersediaan fasilitas pada saat dibutuhkan.                             
Perataan (equity) adalah suatu kriteria untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi yang didasarkan pada pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut menghasilkan lebih banyak distribusi yang adil atau wajar terhadap resources yang ada dalam masyarakat (Mahmudi, 2005: 73). Rekomendasi bisa terdistribusi dengan adil bila diberikan tepat pada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan peran sertanya bagi kemajuan perusahaan. Ketepatan dan kesesuaian dengan kebutuhan konsumen dapat diidentifiksi melalui kesesuaian (fit) layanan yang diberikan perusahaan (Mahmudi, 2005: 73-74), yaitu dalam hal kesesuaian layanan dengan kebutuhan konsumen dan kemampuan sumber daya (peralatan) dalam memberikan pelayanan.     
Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan melalui suatu rekomendasi dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai-nilai kelompok masyarakat atau konsumen. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan suatu perusahaan karena merupakan bukti kemampuan perusahaan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas  serta mengembangkan program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dilulio, dalam Dwiyanto dkk, 2006: 62). Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas  serta mengembangkan program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat dapat dilihat dari sikap (suatu evaluasi kognitif / kesadaran, perasaan emosional / afektif, dan kecenderungan tindakan seseorang terhadap suatu obyek / konatif) perusahaan (Dwiyanto dkk, 2006: 63), dalam hal sikap perusahaan dalam merespon keluhan, penggunaan keluhan sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan dan tindakan perusahaan untuk memberikan kepuasan pelayanan.
Kelayakan (appropriateness) adalah kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak (Nugroho, 2007: 25). Kelayakan rekomendasi terkait dengan alternatif atau solusi yang diberikan apakah tepat untuk semua konsumen yang mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang bermacam-macam. Kelayakan rekomendasi ini dapat dilihat dari hasil pelayanan perusahaan (Nugroho D, 2007: 27) dan (Mahmudi, 2005: 29), dalam hal estetika layanan dan keamanan dan kenyamanan pelayanan. 
            Rekomendasi dapat disampaikan salah satunya melalui tiap-tiap pertemuan atau kontak yang terjadi antara petugas dan konsumen atau dapat disebut juga sebagai moment of truth. Pada saat itu konsumen “benar-benar” harus mendapatkan kepuasan dari hasil layanan para people of the service company (Kartajaya, 2006: 149). Layanan yang diberikan itu merupakan satu-satunya jalan agar perusahaan dapat mempertahankan konsumennya yang setia (loyal), karena mereka merupakan aset yang berharga yang mendukung kesuksesan perusahaan (Barata, 2003: 22).           
            Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli dari pelanggan yang loyal. Pelanggan yang loyal adalah orang yang melakukan pembelian berulang secara teratur, membeli antarlini produk, produk dan jasa, mereferensikan kepada orang lain, dan menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (Griffin, 2003: 31). 
Diantara bentuk layanan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan kendaraan bermotor adalah dengan memberikan kemudahan untuk menjangkau jaringan, melakukan perawatan (perbaikan), dan pelayanan purna jual (after sales). Untuk merealisasikan layanan seperti ini, Honda berupaya memberikan layanan terbaik dengan cara memperbanyak jaringan penjualan atau dealer  (H1), layanan bengkel (servis AHASS atau H2), purna jual dan spareparts (komponen atau H3). Kehadiran beragam layanan ini diharapkan akan semakin memudahkan Honda dalam melayani konsumennya, dan konsumen pun merasa nyaman dengan beragam fasilitas yang disediakan Honda tersebut.
            Satu hal yang sangat penting bagi konsumen dari berbagai macam layanan tersebut adalah layanan bengkel. Dulu, bengkel sangat identik dengan kotor, dipenuhi sisa oli bekas dan lain sebagainya. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bengkel-bengkel yang dimiliki Honda (AHASS) terus berbenah dan semakin baik. Tidak saja dari segi layanan perbaikan, tetapi juga tempat atau ruang tunggu pelanggan saat kendaraannya diservis atau diperbaiki. Sehingga AHASS memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan kini dikenal dengan sebutan bengkel hijau yang ramah lingkungan. Bengkel hijau atau ramah lingkungan adalah bengkel yang bebas dari pencemaran, baik limbah B3, polusi udara, kebisingan suara dan lain sebagainya.
            Jika suatu saat pemilik sepeda motor Honda ingin melakukan perawatan atau perbaikan (servis) ke bengkel Honda melalui jaringan AHASS, maka di bengkel bersangkutan tertulis Lima Hijau (5 Hijau), yaitu hijau lingkungan (lokasi), hijau hasil kerja, hijau pakaian (bersih), hijau ruangan kerja dan hijau ruang tunggu pelanggan. Konsep bengkel resmi Honda (AHASS) telah menerapkan konsep K3, yaitu kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Bengkel-bengkel Honda (AHASS) dibuat melalui konsep AMDAL (Analisa Mutu dan Pengendalian Lingkungan) dan bebas dari pencemaran lingkungan (oil trap). Oli bekas tidak langsung dibuang ke selokan atau lainnya, tetapi dibuang ke penampungan khusus. Sehingga oli tersebut tidak tercecer kemana-mana. Sekitar 80 persen bengkel Honda (AHASS) sudah memiliki pembuangan limbah yang baik (Syahroni dalam www.kaltengpos.com).
AHASS (Authorized Honda Service Station), adalah salah satu jaringan pemeliharaan yang merupakan bagian dari AHM yang salah satu tugasnya adalah sebagai layanan purna jual, yang melakukan servis atas setiap keluhan konsumen yang menggunakan sepeda motor Honda. Dengan menservis sepeda motor di AHASS konsumen akan mendapat pelayanan terbaik sesuai standar dari Honda.
Astra Honda Motor (AHM) juga menambah satu departemen untuk menangani masalah kepuasaan pelanggan, yaitu departemen HC3 (Honda Customer Care Center) yang juga menyediakan layanan telepon bebas pulsa (0800 11 46632).
Selain itu setiap bengkel resmi Honda (AHASS) ditunjang oleh para mekanik yang merupakan tenaga terampil dan terdidik yang telah menjalani pelatihan mekanik tingkat I, II dan III, maupun manajemen serta menggunakan peralatan, perlengkapan teknis dan administrasi standar Astra Honda Motor, dengan demikian konsumen akan mendapat pendidikan (customer education) bagaimana cara merawat sepeda motor Honda secara berkala yang baik dan benar agar sepeda motor Honda tetap awet, nyaman dan aman bagi pengendara (www.cdn.co.id).
Akan tetapi, meskipun AHASS memberikan pelayanan yang profesional seperti itu, tidak semua konsumen mengikuti isi rekomendasi itu, sehingga mereka tidak selalu menservis sepeda motornya pada AHASS. Mereka hanya menservis sepeda motornya selama garansinya masih berlaku. Selanjutnya, setelah itu mereka menservis sepeda motornya pada bengkel umum atau tidak resmi yang tersebar dimana-mana, bahkan ada yang di perbaiki sendiri, jika kerusakan sepeda motornya tidak terlalu parah.
            Selain agar para konsumen selalu memperbaiki atau menservis sepeda motornya pada bengkel resmi tersebut, meskipun garansinya sudah habis, rekomendasi tersebut berfungsi juga sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan loyalitas konsumen pada Honda. Sebab  loyalitas dapat dilihat dari aktivitas konsumen dalam melakukan pemakaian atau pembelian berulang secara teratur terhadap produk dan jasa, serta  menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing (Griffin, 2003: 31).  Jika loyalitas konsumen itu meningkat maka profit yang didapat juga semakin bertambah besar.
Berdasarkan uraian diatas dan melihat betapa pentingnya rekomendasi yang baik dalam rangka meningkatkan loyalitas konsumen. Maka penelitian ini mengambil judul ”Analisis Pengaruh Rekomendasi Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Pada AHASS 0003 Malang Honda Center PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang)”.  
Rumusan Masalah

            Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari kriteria rekomendasi yang terdiri dari efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan kelayakan terhadap loyalitas konsumen.

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari kriteria rekomendasi yang terdiri dari efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan kelayakan terhadap loyalitas konsumen.

Selengkapnya terkati CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS PENGARUH REKOMENDASI TERHADAP  LOYALITAS KONSUMEN (Studi pada AHASS 0003 Malang Honda Center  PT. Mitra Pinasthika Mustika Malang) Dari Mulai BAB I hingga BAB 5 termasuk daftar pustaka, silahkan cek di sini

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS BIAYA PROMOSI (COST PROMOTION) TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Konveksi PT Pesona Remaja Malang)

Assalamualaikum, terimakasih anda bergunjung di blog kami, saat ini saya akan cobaposting lagi CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS BIAYA PROMOSI (COST PROMOTION) TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Konveksi PT Pesona Remaja Malang), dari File yang ada di Folder komputer saya.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
            Dalam era persaingan perusahaan seperti sekarang ini laju persaingan antar perusahaan semakin tajam. Persaingan merupakan masalah yang timbul dari luar perusahaan dimana persaingan akan timbul dari perusahaan lain yang sejenis. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan itu adalah dengan mendapatkan konsumen yang sebanyak-banyaknya yaitu dengan cara mempromosikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Pada dasarnya suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu faktor penunjang dalam pencapaian usaha tersebut adalah dalam bidang “analisis biaya promosi”. Biaya promosi adalah semua beban yang dikeluarkan guna keperluan promosi. Biaya promosi adalah unsur dari laporan keuangan sehingga apabila kita ingin menganalisis biaya promosi maka kita harus menelaah laporan keuangan dahulu. membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dan menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan itu sendiri, sehingga kita temukan unsur biaya promosi dan hubungannya dengan unsur lain.
Kemampuan perusahaan dalam mengatur keuangannya dapat mendatangkan keuntungan yang tak sedikit bagi perusahaan. Dalam mengeluarkan biaya perusahaan harus berusaha menyesuaikan dengan kebutuhan tanpa meninggalkan norma-norma perdagangan.

Secara teknis hal ini dapat dicapai apabila perusahaan dapat menentukan strategi pemasarannya dengan cara menganalisa tepat terhadap kegiatan pada marketing mix yaitu mengadakan analisa terhadap produk, harga, saluran distribusi maupun promosi.

Promosi merupakan salah satu bidang dari kegiatan pemasaran yang pada umumnya dapat digunakan bagi perusahaan dalam usaha memperbesar volume penjualannya. Hal ini dilakukan apabila produk harga saluran distribusi telah ditetapkan secara tepat oleh perusahaan, maka promosi akan berperan sangat penting.
Dalam melakukan kegiatan produksi, perusahaan memerlukan suatu pengorbanan biaya yang cukup besar. Dengan biaya promosi yang besar diharapkan juga kegiatan promosi akan semakin luas dalam menjangkau konsumen dan dapat mencapai jumlah permintaan yang lebih besar pula, besarnya volume penjualan dipengaruhi oleh faktor promosi, sedangkan besar kecilnya biaya promosi tergantung pada pihak marketing yang melakukannya.

Sebagai perusahaan yang sedang berkembang, PT Pesona Remaja Malang selaku perusahaan yang bergerak dalam industri garmen yang memproduksi celana panjang dengan merk AKO dan CAESAR menghadapi banyak tantangan. Tantangan tersebut bisa berasal dari perusahaan garmen sejenis atau perusahaan lain dengan merk dagang yang lebih terkenal. Maka itu promosi merupakan hal yang efektif dalam menunjang pemasaran maka penulis mengambil judul “Analisis biaya Promosi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada Perusahaan Konveksi PT Pesona Remaja Malang”.

Rumusan Masalah
Dalam melakukan kegiatan produksi, perusahaan memerlukan suatu pengorbanan biaya yang cukup besar. Dengan biaya promosi yang besar diharapkan juga kegiatan promosi akan semakin luas dalam menjangkau konsumen dan dapat mencapai jumlah permintaan yang lebih besar pula, besarnya volume penjualan dipengaruhi oleh faktor promosi, sedangkan besar kecilnya biaya promosi tergantung pada pihak marketing yang melakukannya.
Berdasarkan keadaan yang ada PT Pesona Remaja yang hanya menggunakan media promosi satu jenis saja dalam satu tahunnya, hal ini lebih  disebabkan asumsi perusahaan bahwa dengan meminimalisasikan biaya promosi dapat mengurangi pengeluaran, yang berarti keuntungan dari omset penjualannya tidak berkurang banyak guna biaya promosi.
 Berdasarkan ruang lingkup penelitian diatas maka perumusan masalah yang diajukan adalah
Bagaimana hubungan biaya promosi terhadap volume penjualan pada PT. Pesona Remaja?
Seberapa besar pengaruh biaya promosi terhadap volume penjualan pada PT. Pesona Remaja?


Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Hubungan dan tingkat pengaruh biaya promosi terhadap volume penjualan pada PT. Pesona Remaja Malang.

Seberapa besar pengaruh biaya penyebaran pamflet, biaya bursa pasar murah, biaya iklan radio (biaya promosi) terhadap volume penjualan pada perusahaan konveksi PT Pesona Remaja Malang.

Selengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL : ANALISIS BIAYA PROMOSI (COST PROMOTION) TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Konveksi PT Pesona Remaja Malang), Dari mulai BAB I hingga BAB 5 Penutup Silahkan Cek di sini 

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PENGARUH CASH RATIO, RETURN ON ASSETS DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG MASUK DALAM PENGHITUNGAN INDEKS LQ45 (Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009)

Assalamualaikum Pengunjung blog contoh skripsi, kali ini saya kembali lagi menuliskan contoh skripsi yang tersimpan di folder komputer saya ke blog ini yakni CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PENGARUH CASH RATIO, RETURN ON ASSETS DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG MASUK DALAM PENGHITUNGAN INDEKS LQ45 (Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai krisis yang terjadi di bidang perbankan yang melanda indonesia sejak pertengahan tahun 1997, di awali dengan terjadinya krisis moneter sebagai akibat dari jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar Amerika serikat (US $), triggernya di awali dengan jatuhnya nilai bath dari Thailand,
sebagai akibat dari kegiatan pasar valuta asing, yang di lakukan soros warga Negara Amerika serikat keturunan yahudi, kemudian merambat ke Malaysia, Filipina dan Indonesia. Depresiasi rupiah mula-mula tidak begitu tajam yakni di KURS US $1=Rp.2.400.00-, merayap menjadi US $1=Rp.3.000.00-, akan tetapi pada bulan Agustus sampai dengan November 1997 meskipun pemerintah (dalam hal ini Bank Indonesia) telah berusaha dengan berbagai cara namun nilai rupiah tidak bertahan lagi bagaikan “terjun bebas” hingga US $1=Rp.12.000.00-, Selanjutnya masyarakat di kejutkan dengan berbagai kejadian yang menimpa perbankan nasional sejak november 1997 hingga april 1998, kejadian-kejadian tersebut sebetulnya dapat di pandang sebagai hasil dari usaha pemerintah untuk membenahi perbankan nasional dari penyakit kronis, bahkan ada yang menilai sebagai konsekuensi logis dari tindak lanjut atu bagian kesepakatan antara pemerintah republik Indonesia dengan international monetary funds (IMF) khususnya di bidang penyehatan perbankan Menurut (Dendawijaya 2004:3), Para pengamat Ekonomi menilai bahwa urutan krisis yang melanda negeri tercinta sejak juli 1997 adalah sebagai berikut:

Krisis Moneter, sebagai indikatornya Depresiasi Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, neraca pembayaran yang negatif, krisis perbankan, indikatornya likuiditas 16 Bank, pembentukan BPPN untuk menyehatkan bank- bank. Bank beku dan operasi take over, utang luar negeri yang membengkak. krisis ekonomi, indikatornya, tingkat suku bunga pinjaman sangat tinggi, kelumpuhan atau stagnasi di sektor riil, tingkat inflasi yang sangat tinggi, PHK di berbagai sektor riil, krisis sosial, indikatornya, tingkat pengangguran menigkat, penduduk di bawah garis kemiskinan meningkat, kerusuhan, penjarahan di sertai unsur SARA,
kriminalitas meningkat., krisis kepercayaan, indikatornya, kepercayaan kepada pemerintah menurun drastis, demonstrasi dan unjuk rasa oleh mahasiswa, hujatan terhadap mantan presiden soeharto, tuntutan oleh mahasiswa, masyarakat dan politisi., krisis Politisi, indikatornya, terbentuknya partai partai politik baru,
Demonstrasi dan unjuk rasa anti pemerintah, sinisme dan hujatan terhadap kebijakan pemerintah, pro dan kontra sidang istimewa MPR.

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut di mulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam de-regulasi mulai di lakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang pesat pada kurun waktu 1988-1996, pada pertengahan tahun 1997 industri perbankan ahirnya terpuruk sebagai imbas dari
terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian indonesia. Perkembangan konomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan ekonomi serta perbaikan sistem keuangan (Dendawijaya, 2004:4)

Berdasarkan beberapa aspek di atas ada tiga hal penting yang harus di perhatikan dalam melakukan analisa kinerja suatu bank, di antaranya yaitu : analisa liquiditas, rentabilitas, dan analisa solvabilitas, dan atas tiga dasar hal tersebut di atas Penilaian bank dalam penelitian ini meliputi, rasio likuiditas yang di gunakan dalam penelitian suatu Bank antara lain yaitu, Cash Ratio (CR), rasio rentabilitas dalam penelitian ini adalah Return on assets (ROA), dan rasio solvabilitas meliputi capital adequacy ratio (CAR) Penilaian tentang kinerja perbankan tentunya memberikan dampak tehadap harga saham yang dikeluarkan pada setiap perusahaan perbankan, saham merupakan salah satu instrument pasar modal yang mendorong perkembangan pasar modal Indonesia. Seiring dengan perkembangan transaksi saham dalam pasar modal tersebut kebutuhan informasi yang relevan dalam keputusan investasi perbankan di pasar modal juga meningkat, analisis fundamental diperlukan untuk menentukan prospek perusahaan kedepan melalui analisis kinerja perbankan
sebagai deasr memeperoleh harga saham yang wajar .

Harga saham bisa di katakaan sebagai indikator keberhasilan perusahaan di mana kekuatan pasar di bursa di tunjukkan dengan adanya transaksi jual beli saham tersebut di pasar modal,terjadinya transaksi tersebut di dasarkan atas analisa para investor terhadap prestasi perusahaan dalam meningkatkan keuntungan (Santoso 1999:387).

Pada umumnya saham yang di terbitkan oleh perusahaan yang melakukan penawaran umum, ada dua macam, yaitu saham biasa (common stock), dan saham istimewa (preferred stock) perbedaan saham ini di dasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut, adapun yang di maksud dengan saham biasa
(common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior atau paling ahir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahan tersebut di likuidasi. sedangkan yang di maksud dengan saham istimewa (preferred stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, ia lebih aman karena memiliki hak klaim
terhadap kekayaan perusahaan dan pembayaran deviden di dahulukan, saham ini sulit untuk di perjual belikan karena pemiliknya sedikit (Mannan 2006:101).

Menurut Usman (1990:166), Naik turunnya harga suatu saham di pengaruhi oleh beberapa factor di mana factor-faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terjadinya fluktuasi harga saham perusahaan. Adapun factor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap harga saham dapat di bagi menjadi tiga kategori yaitu, yang pertama faktor fundamental, merupakan faktor yang memberikan gambaran yang jelas yng bersifat analitis terhadap prestasi menejemen perusahaan dalam mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya. Yang kedua, faktor tekhnikal, menyajikan informasi yang akan memberikan gambaran kepada investor dan calon investor untuk menentukan kapan pembelian saham di lakukan, pada saat kapan saham tersebut di jual atau di tukar dengan saham yang lain agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal, faktor ini meliputi tentang perkembangan kurs, keadaan pasar modal, volume dan transaksi surat berharga serta kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan, dan yang ketiga faktor yang bersifat sosial, ekonomi, dan politik, factor ini secara tidak langsung berdampak terhadap harga suatu saham yang di bursa efek, faktor- faktor tersebut di antaranya adalah tingkat inflasi yang terjadi, kebijakan moneter yang di keluarkan oleh pemerintah,neraca pembayaran luar negeri, kondisi perekonomian nasional, keadaan politik suatu Negara, stabilitas dari Negara yang bersangkutan dan lain-lain.

Meskipun terdapat banyak factor lain yang secara pikologis berpengaruh terhadap kekuatan pasar, akan tetapi factor yang bersifat fundamental merupakan factor yang menjadi pedoman utama bagi pasar untuk menetukan harga saham perusahaan. Bagi kalangan pembisnis terutama investor menjadi hal penting untuk
bisa mengetahui kondisi bidikan atau tujuan dari pendapatan dana yang akan di lakukan dengan mengetahui persis kondisi, stabilitas, dan kontinuitas dari usaha tersebut. Dengan demikian kebutuhan akan informasi yang lengkap itulah bisa dianalisis bagaimana sebenarnya kondisi usaha tersebut analisis yang bisa di
gunakan ada berbagai macam analisis diantaranya rasio keuangan (financial ratio) rasio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan, dengan adanya analisis ratio keuangan yang terdiri dari, ratio likuiditas, ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. ratio leverage adalah ratio yang menyangkut penggunaan hutang. Ratio aktivitas atau activity ratio adalah suatu bentuk pengukuran dari tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan yang memberikan dampak bagi perusahaan. Ratio provitabilitas, bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Fahmi,2006: 55).

Pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap harga saham setelah initial publik offering (IPO) di Bursa efek jakarta, penelitian ini di teliti oleh Nur Rojihah (2005), jenis penelitian ini jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan
analisis regresi linear berganda dua variabel independen dengan pendekatan rasio yaitu Curren Ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on common equity, EPS, dan PER.dan hasil penelitian menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa, investor dalam menekankan modalnya dapat menggunakan indikator PER sebagai bahan pertimbangan dalam memilih saham yang akan di beli.
Analisis kinerja keuangan yang diukur dengan ROI, ROE, OCF dan EVA terhadap rate of return (study pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI), penelitian ini diteliti oleh Liling Ari Prahesti (2009), dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan ROI, ROE, OCF dan EVA, dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa variable ROA dan OCF terbukti berpengaruh secara signifikan sedangkan variable ROI dan EVA tidak berpengaruh secarasignifikan.

Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan berapa perbedaan dan tidak mampu mendeteksi berapa besar pengaruh variable-variabel fundamental tersebut menjelaskan harga saham, hal ini dapat memberikan peluang untuk melakukan penelitian lanjutan, baik bersifat meneliti ulang maupun
mengembangkan lebih lanjut, dan dalam penelitian ini peneliti mencoba melakukan perubahan variable-variabel bebas yang mempengaruhi harga saham. Variable bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Cash Ratio (CR), Return on Assets (ROA)), dan Capital adequacy ratio (CAR), Dan dalam penelitian ini Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45 yang merupakan Indeks yang terdiri 45 saham yang paling likuid.
Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di atas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh rasio keuangan CR, ROA dan CAR terhadap harga saham Perbankan yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45 (Studi Pada PT. Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009) ”

Selengkapya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PENGARUH CASH RATIO, RETURN ON ASSETS DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG MASUK DALAM PENGHITUNGAN INDEKS LQ45 (Studi pada PT. Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009) dari Mulai BAB I hingga BAB 5 Penutup termasuk daftar pustaka silahkan Cek di sini 

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR (RSSA) MALANG (Studi Empiris Pada Perawat Pasien Askeskin IRNA II)

Sebelumnya saya ucapkan terimkasih kepada pengunjuung blog ini, kembali lagi saya akan posting CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR (RSSA) MALANG (Studi Empiris Pada Perawat Pasien Askeskin IRNA II) yang ada di folder laptop saya.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi persaingan industri jasa kesehatan saat ini sangat ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya jumlah klinik dan rumah sakit yang ada, serta semakin banyaknya masyarakat menggunakan fasilitas rumah sakit untuk memperoleh layanan kesehatan. Rumah sakit yang awalnya lebih banyak merupakan suatu unit pelayanan public yang bersifat sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit dan organisasi pelayanan kesehatan telah mengalami transformasi (perubahan) serta be rkembang menjadi suatu industri
berbasis pada prinsip-prinsip ekonomi dan manajeman layaknya usaha komersil. Namun, yang paling terpenting dalam industri jasa kesehatan (Rumah Sakit) adalah kualitas pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien.

Untuk meningkatkan kualitas jasa kesehatan ,kualitas pelayanan dan kepuasan pasien menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit. Karena kualitas pelayanan sangat penting
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Simamora, 2003:180) dan dengan kualitas pelayanan yang baik pasien akan merasa puas (pelayanan sesuai dengan yang diharapkan). 
Namun pada dasarnya kualitas pelayanan yang baik tidak cukup hanya dicapai, tetapi juga dipelihara dan dipertahankan mengingat adanya pergeseran kebutuhan, harapan, dan keinginan pelanggan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Untuk itu, rumah sakit sebagai indus sil yang terlihat merupakan resultante dari berbagai faktor yang pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas tri jasa kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas dan konsisten. Kuncinya adalah memenuhi
atau melebihi harapan kualitas pelayanan pasien, sehingga dapat menciptakan loyalitas pelanggan.
Namun disisi lain, bentuk pelayanan yang berkembang saat ini membuat kualitas pelayanan menjadi sangat rumit dan sulit diukur, karena ha berpengaruh. Oleh sebab itu, untuk mencapai kualitas pelayanan yang baik memerlukan upaya dari berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama dari setiap unit yang mengambil peran sangat
penting.

Menurut Simamora (2003: 180) ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected service dan perceived service. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelayanan yang ideal. Sebaliknya bila pelayanan yang diterima lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas
pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan pasien.
Dalam industri jasa kesehatan, kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diterima oleh pasien.

Meskipun nilai subyektif ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, keadaan emosional dan lingkungan pasien.
Kepuasan pasien akan tetap didasari oleh kenyataan yang obyektif yang dialami pasien pada saat menerima palayanan dirumah sakit (http://www.pamjaki.org). Kepuasan itu sendiri menurut kotler (2004: 42) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapan. Pasien yang puas merupakan asset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihanya, tetapi jika pasien tidak puas maka pasien tidak akan menggunakan jasa tersebut dan akan memberitahukannya kepada konsumen lain. Oleh sebab itu, untuk menciptakan kepuasan pasien
perusahaan jasa kesehatan (rumah sakit) harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan mampu untuk mempertahankan pasiennya.

Selengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN PEMASARAN JUDUL PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR (RSSA) MALANG (Studi Empiris Pada Perawat Pasien Askeskin IRNA II) Dari mulai BAB I hingga BAB 5 penutup Termasuk daftar pustaka dan lampiran silahkan cek di sini 

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN SDM JUDUL : PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Malang)

Kembali lagi saya akan posting CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN SDM JUDUL : PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Malang) dari folder komputer saya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana dunia semakin menyatu, tidak bisa lagi kejadian di suatu negara tertutup bagi dunia luar, teknologi informasi dan komunikasi telah merangsang perubahan hubungan antar bangsa yang tidak bisa lagi dibatasi dengan tembok tapal batas suatu negara. Globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan jaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membawa dampak yang cukup besar bagi industri-industri di Indonesia baik itu industri
perdagangan, manufaktur maupun jasa.
Kondisi tersebut menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan berbagai inovasi guna mengantisipasi adanya persaingan yang semakin ketat. Organisasi di abad-21 seperti saat ini dituntut untuk mempunyai keunggulan bersaing baik dalam hal kualitas produk, servis, biaya maupun sumber daya manusia yang profesional. Untuk mewujudkan hal tersebut sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dan pengkajian yang lebih dalam, karena bagaimanapun juga manusia yang akhirnya menentukan dan memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan. Selain sumber daya manusia sebagai salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, disisi lain juga sebagai makhluk yang mempunyai pikiran, perasaan kebutuhan dan harapan-
harapan tertentu. Hal itu sangat memerlukan perhatian tersendiri karena faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi prestasi, dedikasi dan loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaan dan organisasinya (Hasibuan, 2005:132).
Keadaan ini menjadikan sumberdaya manusia sebagai aset yang harus ditingkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka perusahaan harus mampu menciptakan kondisi yang
dapat mendorong dan memungkinkan karyawan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki secara optimal. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh perusahaaan untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan memberikan kompensasi yang memuaskan. Menurut Handoko (1994:156), suatu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan
adalah dengan memberikan kompensasi.

Sedangkan menurut Jusuf Arianto (2006: 66) Kompensasi merupakan bentuk penghargaan atau rewards. Dengan memberikan penghargaan atas hasil yang dicapai, kebijakan dan praktek organisasi dalam hal kompensasi dapat pula sebagai penguat prilaku pekerja yang telah memberikan konstribusi positif bagi organisasi. Selain kinerja, aspek kompensasi atau pengajian telah menjadi isu sentral dalam manajemen
sumberdaya manusia. Sistem kompensasi yang tepat diyakini dapat meningkatkan motivasi, komitmen dan keterlibatan pekerja dalam organisasi.

Kompensasi sangat penting bagi karyawan itu sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi merupakan pencerminkan atau ukuran nilai pekerjaan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Kemudian
program kompensasi juga penting bagi perusahaan, karena hal itu mencerminkan upaya organisasi untuk mempertahankan sumberdaya manusia atau dengan kata lain agar karyawan mempunyai loyalitas dan
komitmen yang tinggi pada perusahaan (Handoko,1994 : 155)
Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa diantara faktor utama ketidakpuasan kerja karyawan adalah kompensasi yang tidak sesuai dengan harapan. Kondisi
ini menuntut suatu perusahaan untuk mengembangkan performen-nya, dan hal itu harus didukung pula oleh karyawan yang profesional dan memiliki loyalitas serta dedikasi yang tinggi. Untuk mencapai hal
tersebut, maka pemberian kompensasi yang memuaskan dapat mengurangi timbulnya turnover dan absenteeisme. Dengan meningkatkan komitmen karyawan pada organisasi dan melibatkan karyawan dalam
kegiatan organisasi maka hal ini akan dapat mengurangi adanya turnover dan absenteeisme.
Disamping itu, efek lain dari ketidak puasan karyawan terhadap kompensasi adalah dampak psikologis yang dialami oleh karyawan yang ingin pindah dari perusahaan. Keinginan tersebut tentunya tidak mudah
untuk diwujudkan mengingat berbagai kondisi yang tidak atau kurang memungkinkan bagi keryawan untuk pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, misalnya kondisi persaingan di pasar kerja yang semakin
ketat, birokrasi serta aturan internal yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Akhirnya bentuk ketidakmampuan mereka untuk keluar tersebut diwujudkan dengan tidak peduli terhadap organisasi atau pekerjaan mereka serta tidak merasa bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan atau dengan kata lain, mempunyai komitmen yang rendah terhadap perusahaan.

Hal ini tentu saja membawa dampak yang sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan karena karyawan yang mempunyai komitmen yang rendah akan menghasilkan prestasi kerja dan produktivitas yang rendah pula. Kondisi karyawan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut karena dengan komitmen yang rendah, karyawan tidak bisa mencurahkan seluruh jiwa, perasaan dan waktu mereka untuk kemajuan perusahaan yang pada akhirnya perusahah tersebut akan kehilangan daya saing.
Kompensasi seringkali membuat perusahaan harus instropeksi apalagi hal tersebut berakibat banyak karyawan yang tidak peduli dengan masa depan perusahan serta tidak peduli dengan lingkungan kerjanya.

Apabila hal tersebut dibiarkan terus berlanjut, tidak mustahil akan terjadi turnover yang tinggi sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk merekrut karyawan baru serta mentrening mereka. Salah satu untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan pemberian kompensasi yang dapat memuaskan para karyawan, sehingga tercipta komitmen dan prestasi kerja yang tinggi.

Pada koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung yang dijadikan sebagai objek penelitian, merupakan koperasi yang memiliki beberapa unit usaha dan merupakan koperasi yang memiliki semangat tinggi dalam
mengembangkan dan mewujudkan visi dan misi organisasi. Selain itu koperasi ini merupakan koperasi yang sangat memperhatikan tingkat kepuasan kerja, dimana perusahan memberikan perhatian pada tingkat
kompensasi, baik kompensasi langsung seperti gaji pokok, upah lembur, insentif maupun kompensasai tidak langsung seperti jaminan sosial, cuti kerja, program pelatihan dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas sehingga penulis mengambil tema ” Pengaruh Kompensasi Terhadap Komitmen Organisasi Pada Karyawan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung
Malang”

Selengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN SDM JUDUL : PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI (Studi Pada Karyawan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung Malang) dari mulai BAB I hingga BAB 5 Penutup termasuk daftar pustaka Silahkan cek di sini 

CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PERBEDAAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA FATWA MUI TENTANG BUNGA BANK

Kembali lagi saya posting koleksi "CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PERBEDAAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH  SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA FATWA MUI  TENTANG BUNGA BANK" yang saat ini ada di dokumen folder laptop saya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bank sebagai salah satu penggerak ekonomi rakyat membawa peranan penting dalam perkonomian di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka untuk taraf hidup orang banyak.
Sesuai dengan penjelasan Undang-undang tentang perbankan, bahwa  bisnis utama sektor perbakan adalah sebagai mediator antara pihak pemberi dana dengan pihak yang memerlukan pendanaan, karena tugas utama bank adalah sebagai penghimpun dana dari masayarakat yang selanjutnya akan disalurkan kepada pihak yang memerlukan pembiayaan dalam bentuk kredit.
Bank juga memiliki pengaruh terhadap perekonomian dan juga merupakan alat pemerintah dalam melaksanakan kebijakan moneter , yaitu sebagai mediator yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar di mayarakat.
Perkembangan di sektor perbankan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1998, industri perbankan di Indonesia mulai goyah. Pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998 , cukup besar dana yang terkuras untuk perbankan. Dana tersebut popular dengan istilah BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) yang jumlahnya sampai saat ini masih simpang siur. Pada awalnya BLBI ini diperlukan oleh perbankan untuk menjaga tingkat likuiditasnmya di Bank Indonesia agar selalau terjaga memenuhi ketentuan GWM sebesar 5%. Dari transaksi yang dilakukan nasabah baik melalui kliring maupun LLG, sehingga apabila bank mengalami saldo negatif di Bank Indonesia, oleh BI langsung ditutup dengan BLBI. Pada saat terjadinya krisis telah terjadi adanya bank run sehingga mnemerlukan BLBI yang cukup besar, dan karena sudah terjadi loss control jumlah BLBI suatu bank over sehingga sampai menjadi 500% terhadap modal bank. Bank Indonesia kewalahan sehingga menunjukkan jumlah modal minus. (http://lpks1.wima.ac.id/pphks/accurate/makalah/IE9.pdf)
Krisis ekonomi memang bukan hanya mempengaruhi sektor perbankan saja, melainkan hampir semua sektor industri terkena dampak krisis tersebut. Namun berbeda dengan perbankan konvensional yang mengalami goncangan pada saat krisis terjadi, perbankan syariah justru mampu bertahan dan membuktikan eksitensinya. Hal ini minimal terlihat pada angka NPFs (Non Performing Finansings) yang lebih rendah dibanding sistem perbankan konvensional saat itu, disamping itu ditunjukkan dengan tidak adanya negative spread, serta konsistennya dalam menjalankan fungsi intermediasi (intermediary function), (www.waspada.co.id).
Prestasi yang dicapai oleh bank syariah memang cukup baik, karena kinerja keuangan pada bank syariah semakin berkembang dari tahun ke tahun. Sebagai contohnya yang dapat dilihat dari laporan keuangan, asset yang diperoleh oleh PT. Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 1998 hingga tahun 2007, dimana total asset Bank Muamalat Indonesia (BMI) meningkat mendekati 2.100 persen dan ekuitasnya tumbuh sebesar 2000 persen. Perkembangan tersebut menambah aset Bank Muamalat Indonesia menjadi Rp. 10,5 Triliyun di akhir tahun 2007, dengan modal pemegang saham mencapai Rp. 846,16 Milyar dan pencapaian laba bersih sebesar Rp. 145,33 Milyar. Kondisi ini menjadi Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah paling menguntungkan di Indonesia.

Selain Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri (BSM) juga merupakan salah satu bank yang mempunyai prestasi yang baik. BSM juga merupakan salah satu bank umum syariah yang telah lama beroperasi di Indonesia. Terdapat beberapa bank umum syariah yang ada di Indonseia, namun bank umum syariah yang pertama beroperasi adalah BMI kemudian disusul oleh BSM. Kedua bank umum syariah tersebut merupakan dua bank umum yang tertua di Indonesia yang kemudian dijadikan sebagai objek penelitian ini.

Selengkapnya terkait CONTOH SKRIPSI MANAJEMEN KEUANGAN JUDUL : PERBEDAAN PROFITABILITAS BANK SYARIAH  SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA FATWA MUI  TENTANG BUNGA BANK dari BAB I hingga bab 5 Silahkan cek di sini

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...